Beberapa gunung telah kudaki. Puncak-puncak itu telah kutapaki. Ditempat itu aku sadar, betapa kecilnya aku dan betapa indahnya Indonesia. Aku tak hentinya bersyukur bahkan tak percaya. Di ketinggian 3726 MDPL pun aku pernah berdiri. Rinjani, gunung tertinggi di Nusa Tenggara Barat. Gunung yang menjadi primadona bagi pendaki.
Semua berawal dari mimpi sekitar tujuh tahun silam. Saat itu aku duduk di bangku kuliah. Setiap pulang kuliah aku sering mampir ke penyewaan komik, buku dan DVD di Jalan Kopi, Bandar Lampung. Tempat ini tak jauh dari Universitas Lampung. Rental kecil itu milik seorang mahasiswi jurusan ekonomi yang satu angkatan denganku. Angkatan 2005.
Koleksinya belum lengkap tapi bisa membuat orang tertarik untuk menyewanya. Mataku tertuju pada rak DVD di salah satu sudut ruangan. Sebuah DVD Film Gie terpajang rapi diantara barisan DVD Film lainnya.
Film ini bercerita tentang aktivis yang idealis, Soe Hok Gie. Nama yang baru kudengar saat itu. Soe Hok Gie atau yang akrab dipanggil Gie adalah mahasiswa yang turut andil dalam penumbangan Presiden Soekarno. Film yang di buat oleh Riri Reza dari buku Catatan Harian Seorang Demonstran.
Pulang ke asrama, aku langsung menonton film itu bersama teman sekamarku, Yessi. Aku kaget. Menurutku ini film yang sangat berkualitas. Mengangkat tema yang berbeda. Tentang kondisi Indonesia dulu, jaman PKI.
Ada hal yang menarik di mataku saat menonton film ini. Bukan karena kritisnya mahasiswa jaman dulu. Bukan cerita pemerintahan Indonesia yang keos. Bukan juga karena demontrasi besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa. Tapi bunga edelweis di Lembah Mandalawangi. Lembah yang sunyi dan misteri. Terletak di Gunung Gede-Pangrango. Aku terkagum-kagum akan keindahannya. “Suatu hari aku pasti kesana,” gumanku saat itu.
Bertemu Dengan Para Backpacker
Oktober 2012. Ini bulan kesembilan aku hidup di Jakarta dan terasa membosankan. Kegiatanku sehari-hari hanya bekerja ke kantor, bekerja ke kantor, begitu seterusnya. Hingga akhirnya aku terhubung kembali dengan seorang teman yang kutemui saat tes wartawan di majalah go-girl. Dia bernama Ririn. Gadis yang sangat supel, riang dan asyik. Kami terhubung kembali karena kesamaan yang kami miliki. Ingin bermanfaat bagi orang lain khususnya pendidikan. Berdasarkan obrolan kami dari waktu ke waktu tercetuslah ide untuk membuat sebuah komunitas yang peduli dengan pendidikan. Light of Hope. Baru satu bulan kami membuatnya ada ratusan relawan yang bergabung. Hingga akhirnya kita membuat kopdar di Mall Pejaten Village.
Dari kopdar ini aku banyak mendapatkan teman baru. Kami semua belum kenal sebelumnya. Tapi kami sudah merasa dekat. Mereka berasal dari latar belakang dan asal yang berbeda. Tapi aku tertarik dengan satu orang, gadis tiongkok, berkacamata, kulit putih, berambut cepak dan tinggi sekitar 147 cm. Waktu itu dia datang seorang diri dengan tas ransel yang ia bawa. Penampilannya sederhana, dia hanya mengenakan kaos dipadu celana jeans panjang sedikit lebar dan sepatu kets.
Gadis itu bernama Erni atau lebih dikenal dengan Ciello. Bekerja di perusahaan IT sebagai programmer dan memiliki hobi travelling dan fotografi. Usai meeting, Ciello mengajak kami untuk melakukan trip ke Baduy. Sebuah kampung yang masih mempertahankan keasriannya di Provinsi Banten. Sayangnya, ketika menghubungi panitia, trip sudah full Quota. Mataku terus melirik Ciello satu jam lamanya. Aku penasaran dimana ia mendapatkan info trip tersebut. Perjuanganku membuahkan hasil. Akhirnya kutahu, Ciello mendapatkan informasi dari situs www.backpackerindonesia.com.
Keesokan pagi aku sangat bersemangat. Aku langsung membuka laptop dan mengunjungi situs tersebut. Aku langsung mendaftar menjadi member dan mencari-cari trip yang kuimpikan selama ini. Lembah Mandalawangi, Gunung Gede-Pangrango. Lembah yang menjadi tempat peristirahatan Gie selamanya. Disinilah abu Gie di sebarkan.
Banyak trip didaftar. Tapi hanya satu trip ke Lembah Mandalawangi. Adi Setiadi adalah nama anggota BPI yang membuat trip tersebut. Aku pun mengontak Adi. “Hai Adi .. kenalkan aku Yus, aku newbie di BPI. Mohon bimbingannya ya,” smsku singkat. Hanya beberapa detik, smsku dibalas. “Hai Yus, salam kenal. Panggil ane Ase,” balas Ase. “Oke Ase, oiya aku mau ikut trip ke Gunung Gede-Pangrango. Masih bisa,” smsku lagi. “Maaf Yus, tripnya udah full quota, ente ikut yang selanjutnya lagi ya. Nanti ane kasih kabar,” balas Ase.
Seminggu kemudian Ase mengirimku pesan lagi. Katanya dia membuat trip ke tempat yang sama. Ase menginformasian ada beberapa pendaki yang berminat untuk mengikuti trip ini. Dari sinilah petulanganku dimulai.