Masih tentang tahun 2015.
Tepatnya Februari 2015 aku mengikuti Travel Writer Workshop (TWW) di Ocean Life Indonesia (OLI), Desa Watu Kodok, Gunung Kidul, Yogyakarta. Informasi workshop aku peroleh dari seorang teman pendaki yang memiliki hobi sama denganku, menulis catatan perjalanan. Biaya workshopnya sendiri cukup terjangkau hanya Rp. 400 ribu untuk tiga hari, sudah include dengan penginapan, makan dan jalan-jalan.
Pelaksanaan workshop dilakukan dari 20 hingga 22 Februari. Narasumbernya mumpuni, khususnya Anida Dyah, seorang traveler dan penulis buku “Under The Southern Stars”. Sebelum dan setelah workshop para peserta diajak untuk berkeliling di Desa Watu Kodok yang ternyata memiliki banyak potensi wisata. Hal yang paling ku suka adalah bertemu dan berkenal dengan teman-teman baru dari berbagai daerah yang ternyata mereka juga seorang traveler. Dari TWW aku mendapatkan seorang sahabat yang cukup unik di mataku, Galuh Yudha. Kami sering bertukar buku dan persahabatan kami masih berlanjut hingga saat ini.
Aku sendiri pergi ke Jogja dengan menggunakan kereta api ekonomi jurusan Stasiun Lempuyangan pada Kamis, 19 Februari pukul 10 pagi dan tiba di Jogja sekitar pukul 8 malam. Tiba di Lempuyangan aku langsung mencari penginapan di Jalan Sostrowijayan di kawasan Malioboro. Seorang bapak membantuku untuk mencari penginapan yang saat itu rata-rata sudah penuh karena long weekend. Beberapa menit kemudian aku mendapatkan penginapan dengan harga per malam Rp. 120 ribu.
Penjaga penginapan itu menyambutku dengan ramah. Kami sempat mengobrol panjang malam itu. Hingga akhirnya dia mau membantuku mencarikan travel agent untuk membawaku ke Punthuk Setumbu dan Candi Borobudur. Bapak itu memesankanku travel agent Krisna Tour seharga Rp. 80 ribu. Katanya aku akan di jemput esok pagi pukul 4 pagi oleh pihak travel agent.
Keesokan paginya, si bapak penjaga yang baik hati itu membangunkanku dan memberiku satu bungkus roti untuk sarapan. Aku bergegas menuju mobil yang telah menungguku sejak 5 menit lalu. Rupanya di dalam mobil sudah ada seorang turis. Aku pun memilih duduk di depan. Setelah itu mobil itu menjemput dua turis lainnya yang berasal dari negara yang berbeda.
Punthuk Setumbu adalah bukit yang biasa digunakan oleh wisatawan untuk menyaksikan sunrise dengan latar Gunung Merapi dan Merbabu. Dari tempat ini kita juga bisa melihat megahnya Candi Borobudur di pagi hari yang terkurung lautan kabut. Bukit ini akhir-akhir ini menjadi sangat terkenal karena menjadi setting film Ada Apa Dengan Cinta. Rangga yang sempat menghilang hingga satu bulan purnama itu mencoba memikat Cinta lagi di tempat ini. Sayangnya, saat saya ke tempat ini, cuaca sedang tidak bagus sehingga sunrise tertutup oleh awan tebal yang berwarna keabu-abuan.
Karena ini bukit sudah pastinya kita harus melakukan trekking terlebih dahulu. Meski jalan menanjak tapi tidak terjal, sehingga tidak akan menyulitkan kita untuk menjangkau puncak bukit. Setidaknya mebutuhkan waktu 15 menit saja.
Pukul 6.30 pagi aku turun dari bukit untuk kembali melanjutkan perjalanan ke Candi Borobudur. Sebelumnya saya pernah kesini, saat duduk dibangku SMA.Setiap tahun sekolah selalu mengadakan study tour ke luar kota dan saat itu ke Jogja.
Borobudur ramai saat itu. Ratusan wajah tak ku kenal di sini. Aku seorang diri menikmati keindahan Borobudur yang megah. Mencari cara untuk meriangkan hati dalam sepi sesekali aku berfoto.
.
Usai berkeliling di Kawasan Candi Borobudur aku diantar kembali ke penginapan oleh pihak travel. Siang harinya menuju ke stasiun tugu untuk berkumpul dengan peserta TWW lainnya.
Lagi-lagi aku hanya bisa bersyukur atas segala kesempatan yang Tuhan beri. Segala kebaikan orang-orang yang kutemui di perjalanan dan persahabatan yang ku dapat di sini.