Juni 2013 saat ke Semeru, suaraku menghilang. Serak dan sulit bicara. Seorang teman bertanya apa penyebabnya.
“Kemarin naik metro mini. Setiap naik metro mini dan kopaja selalu pilek. Tadi aku juga naik ojek tanpa masker dari Jakarta ke bandara,” kataku.
“Beuh … Gaya. Orang kaya,” celetuk seseorang itu.
Mungkin orang lain yang saat itu mendengar – berpikir: sombong sekali, sok kaya, dan lainnya.
Di sepanjang perjalanan menuju Mahameru hidungku mengeluarkan ingus. Masker pinjaman basah. Begitu yang terjadi setiap kali mendaki gunung. Flu, hidung mampet, sulit tidur.
Akhir tahun 2015, aku menginap di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta seminggu akibat demam tinggi, flu, batuk, muntah, dan diare. Diagnosa akhir paru-paru mengalami infeksi. Pasca itu, aku harus menjalani rawat jalan beberapa bulan, hingga Maret dinyatakan sembuh.
“Kalau aku sembuh kenapa selalu mengeluarkan lendir dok?”
“Kamu alergi. Saya akan kasih obat alergi dan vitamin. Rutin makan buah-buahan dan olahraga untuk mempertahankan daya tahan tubuh.”
Setelah itu berbulan-bulan dari saluran pernapasan selalu mengeluarkan lendir. Sering pilek dan batuk, bahkan satu bulan ini pilek dan batu sudah tiga kali.
Aku sudah tidak tahan. Ini sangat menggangu. Kemarin aku memutuskan memeriksakan diri ke Rumah Sakit Siloam TB Simatupang. Untuk masalah kesehatan aku selalu mencari yang terbaik. Dokter mewancaraiku lebih dari 10 menit, lalu disuruh berbaring di tempat tidur di ruang kerjanya, dada depan belakang diperiksa dengan stetoskop.
“Tarik nafas, buang. Tarik nafas, buang. Tarik nafas, buang.”
“Kalau mau batuk, batuk saja ya.”
(Uhuk, uhuk, uhuk)
“Yup, tarik nafas, buang. Tarik nafas, buang. Tarik nafas, buang.”
Lima menit kemudian kembali ke tempat duduk.
“Saya akan menjelaskan kenapa kamu begini. Paru-paru kamu bagus. Tapi kamu hyprsensitive (alergi berlebihan) terhadap debu dan dingin. Saya akan memberikan terapi, tapi kamu juga harus jaga kesehatan agara daya tahan tubuh kamu bagus.”
Debu dan dingin, hah … sulit saat ini menghindari dua hal itu dengan kemacetan Jakarta, polusi dan hawa panas dalam ruangan tanpa AC. Tapi, AKU AKAN BERJUANG, demi es cream dan sebongkah salju.