DSCF6795Aku meyakini jika manusia bisa menjadi pemimpin. Baik menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, keluarga, organisasi, perusahaan maupun negara. Hanya saja, model kepemimpinan seseorang memang beda-beda dan akan lebih tepat jika berada di tempatnya.

Salah satu pemimpin di tempatku bekerja dulu pernah menjelaskan empat kepribadian manusia terhadap bidang pekerjaan. Ada dominant (koleris), influencer (sanguinis), steady (plegmatis) dan compliant (melankolis) atau yang disingkat sebagai DISC. Mengutip blog http://arie5758.blogspot.com, dalam diagram DISC,

disc-1-2

Sumber: http://arie5758.blogspot.com/2011/10/pengaruh-kepribadian-terhadap-bidang.html#ixzz5RcqVTt2j 

  • Orang yang memiliki perpaduan Koleris dan Sanguin (atau sebaliknya),  biasanya memiliki kemampuan untuk memimpin karena semangat dan kepercayaan dirinya.
  • Orang yang memiliki perpaduan Sanguin dan Plegmatis (atau sebaliknya), biasanya memiliki kemampuan dalam membina relasi dan persahabatan.
  • Orang yang memiliki perpaduan Plegmatis dan Melankolis (atau sebaliknya), biasanya punya kemampuan untuk menganalisa karena ketelitian dan kecermatannya.
  • Orang yang memiliki perpaduan Melankolis dan Koleris (atau sebaliknya), biasanya punya semangat kerja dan produktivitas yang sangat tinggi.

Meskipun orang-orang dominant biasanya cocok menjadi pemimpin, bukan berarti tipe kepribadian lainnya tidak bisa menjadi pemimpin.  Semuanya memiliki kemampuan memimpin di ranahnya masing-masing.

Lalu aku di tipe kepribadian yang mana? 

Dari hasil tes yang dilakukan, menunjukkan aku termasuk dalam kategori Sanguin dan Plegmatis. Sangat cocok bekerja di organisasi atau sebuah komunitas, karena kemampuan dalam membina relasi dan persahabatan. Bisa dikatakan sebagai tim “hore”. Beberapa pekerjaan yang cocok adalah public relation, marketing, penyiar, presenter, tour leader, selebritis dan fasilitator.

Nah, satu bulan lalu aku mendaftar Kelas Inspirasi Jakarta sebagai fasilitator untuk menjajal kemampuanku di bidang ini.

Menjadi fasilitator untuk komunitas, sebenarnya bukan pertama kalinya untukku. Sebelumnya aku pernah jadi fasilitator untuk 28 komunitas. Rasanya jadi fasilitator 28 komunitas di 28 daerah, yang tentu watak dan budayanya beda-beda itu lumayan bikin mules. Apalagi kalau sedang ada konflik. Karena yang namanya komunitas atau organisasi, dinamika itu pasti ada.

Apa sih fasilitator itu?

Menurut wikipedia, fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang memahami tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi. Di Kelas Inspirasi, fasilitator berfungsi sebagai mediator, pemberi informasi dan arahan, motivator kelompok, peredam konflik dalam kelompok, penyambung antara relawan dan panitia, serta penyambung antara kelompok dengan pihak sekolah.

Jika sebelumnya, aku memfasilitasi anggota komunitas yang mayoritas mahasiswa dan fresh graduate, di Kelas Inspirasi, aku harus menghadapi para profesional yang umurnya sama bahkan lebih tua dariku, serta memiliki pengalaman lebih banyak dibandingkan diriku.

Saat itu aku menjadi fasilitator kelompok 19 yang akan bertugas di SD Negeri Mampang Prapatan 03 pagi. Terdiri dari 16 inspirator, dua fotografer dan satu videografer. Ada yang belum pernah ikut Kelas Inspirasi sebelumnya, ada yang sudah berkali-kali bahkan ada yang pernah menjadi fasilitator. Deg-degannya luar biasa. Aku sadar manage orang kali ini akan sulit dibandingkan sebelumnya.

Di awal perjalanan masih baik-baik saja, di pertengahan waktu dramapun dimulai. Dinamika terjadi. Suasana memanas. Salah satu inspirator tidak sepakat jika kami harus bertugas sampai sore. Meskipun sudah dilakukan pendekatan personal, si inspirator tak mengubah keputusannya. Dia mundur. Disusul dengan satu inspirator tidak mendapatkan cuti dari kantor, dan menjelang hari H, satu inspirator “muntaber” alias enggak pernah datang, muncul di grup lalu mundur.

Bersyukurnya, pada saat pelaksanaan hari inspirasi, acara berlangsung sukses. Inspirator dan dokumentator melaksanakan tugas dengan baik. Sempat terharu, ketika ada inspirator yang telat datang, salah satu inspirator berinisiatif menggantikannya. Kemudian saat salah jadwal untuk kelas satu, salah satu inspirator rela mengajar hingga satu jam namun inspirator lainnya membantu. Itu sangat menyentuh hati. Acara kemudian pecah ketika para inspirator mengajak anak-anak menari saat jingle Kelas Inspirasi diputar. Itu enggak ada di skenario, tapi seru …

DSC01212

Suksesnya acara Kelas Inspirasi kali ini tidak terlepas dari peran serta teman-teman inspirator dan dokumentator. Ada ketua kelompok rasa fasilitator, ada yang enggak pernah muncul digrup tapi justru yang membuat suasana jadi rame saat hari inspirasi, ada inspirator yang sudah berpengalaman jadi fasilitator sehingga bisa memberikan saran-saran demi kelancaran kegiatan, para inspirator dan dokumentator yang bersedia membantu mengerjakan segala sesuatu keperluan kelompok, dari cetak mencetak, PIC konsumsi, gunting menggunting dan lainnya.

Kesimpulan menjadi fasilitator kali ini adalah

1. Enggak boleh baper

Selalu ada dinamika di suatu organisasi, komunitas atau kelompok. Ketika kita sadar tentang hal itu, secara otomatis kita akan berpikir dingin ketika menghadapi konflik. Fasilitator sebagai mediatator juga tidak boleh terpancing emosi apalagi baper. Menjadi penengah saat konflik terjadi dan tidak boleh memihak siapapun. Jangan lupa untuk selalu sabar.

2. Pendengar yang baik

Seperti jargonnya asuransi Prudential, “always listening, always understanding.” Kalau kita mampu menjadi pendengar yang baik, maka kita akan mengerti apa yang menjadi kebutuhan kelompok dan anggota-anggotanya.

3. Tahu dengan background anggota

Penting banget buat fasilitator tahu latar belakang anggota kelompok. Biasanya panitia akan memberikan selembaran kertas yang berisikan nama-nama relawan berikut dengan media sosialnya. Cari tahu mereka dari media sosial dan jangan segan untuk follow. Dari media sosial kita akan tahu bagaimana kepribadian dan kesibukannya. Jadi bebas deh pikiran negatif kalau anggota kelompok ada yang enggak pernah nongol sama sekali di grup. Kita juga bisa mudah memulai pembicaraan dengan mereka.

4. Jangan menyerah

Kalau menghadapi konflik dan kita tidak bisa meredamnya, jangan pernah menyerah. Kita bisa memutar otak, mencari cara lewat buku atau meminta saran dari panitia atau orang yang lebih senior.

5. Terus belajar

Menjadi fasilitator mengajariku untuk memecahkan masalah dan bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik. Meskipun acara kemarin dinilai sukses, bukan berarti aku adalah fasilitator yang baik. Aku masih harus banyak belajar.

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *