Perkembangan zaman mengangkat perempuan ke tempat lebih tinggi. Kini perempuan menduduki posisi-posisi strategis dan perannya telah banyak diakui. Di era digital ini ketika UMKM menggeliat, perempuan memiliki peranan sangat penting. Sebab lebih dari 50% pelaku UMKM adalah perempuan. Tak heran jika kemudian perempuan disebut sebagai pahlawan ekonomi.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UMKM 2017, proporsi pelaku ekonomi di sektor UMKM sebesar 64 juta unit usaha, dengan kontribusi pada Produk Domestik Bruto 2018 mencapai 61,07%.

Keberhasilan UMKM di Indonesia ini tak lepas dari peran perempuan. Badan Pusat Statistik mencatat porsi UMKM yang dikelola perempuan di 2018 sebanyak 64,5% atau setara dengan 37 juta UMKM.

Ilustrasi: dok. pribadi

“Perempuan adalah pahlawan ekonomi makin terbukti karena persentase mayoritas dari UMKM adalah perempuan,” kata Vera Galuh Sugijanto, Vice President General Secretary Danone Indonesia dalam seminar virtual, Jum’at (18/12/2020).

Mendengar kalimat “perempuan adalah pahlawan ekonomi” mengingatkan saya pada Ibu Nurapriasti Kartikasari. Ia adalah pemilik usaha Nasi Krawu Mayestik yang terkenal kelezatannya. Saya bertemu dengannya satu minggu lalu di restoran miliknya di Lebak Bulus. Saat itu ia meminta saya untuk mengelola media sosial bisnis kuliner terbarunya, INI Fried Chicken.

Ibu Kiki, begitu ia akrab dipanggil, sempat bercerita tentang bisnisnya. Ia tak hanya berbisnis kuliner, tapi juga kerajinan tangan. Namanya Authentic Borneo. Ide berbisnis ini berawal saat ia melihat tumpukan Purun di tempat pembuangan sampah. Ia sangat menyayangkan, karena Purun bisa dijadikan cinderamata.

Purun adalah sejenis pandan yang banyak ditemui di Kalimantan. Banyak orang menganggap Purun sebagai gulma karena bisa menggangu tanaman pertanian. Sehingga orang-orang memilih membabat Purun dan membuangnya ke tempat sampah.

Karena merasa Purun adalah kearifan lokal masyarakat gambut yang harus dijaga, Ibu Kiki tak mau tinggal diam. Ia mengambilnya untuk dijadikan kerajinan tangan seperti tas, pot, dan wadah belanja. Kini anyaman Purun itu telah merambah ke pasar internasional.

“Saat saya berbisnis ini, saya bilang ke suami, saya nggak mau main-main. Makanya saya kelola sangat serius,” katanya.

Dalam berbisnis, Ibu Kiki memang sangat totalitas. Semua produk-produknya itu ia pasarkan tak hanya secara offline tapi juga online. Meskipun dalam pengelolaan media sosialnya bukan ia yang pegang, tapi orang lain yang ia percaya.

Ibu Kiki merupakan salah satu pelaku UMKM yang beruntung karena melek digital. Di masa pandemi ini, ia bahkan banyak menerima pesanan Nasi Krawu. “Dalam satu hari bisa 500 kotak,” katanya. 

Tapi bagaimana dengan nasib perempuan pelaku UMKM lainnya?

Di masa pandemi ini pelaku usaha memang mengalami situasi yang berbeda. Transaksi fisik berkurang sehingga menuntut mereka bisa beradaptasi dengan teknologi. Sayangnya belum semua perempuan pelaku UMKM menggunakan teknologi untuk mengembangkan bisnisnya.

Ilustrasi: dok. pribadi

Product Marketing Manager Google Indonesia Dora Songgo mengatakan hasil riset Google Indonesia 2016 menunjukkan sebanyak 40 – 50 % perempuan berwirausaha sudah memakai teknologi tapi tidak menggunakannya untuk mengembangkan usahanya. Mereka cenderung tidak tahu bagaimana cara menggunakannya tapi tidak mau belajar.

“Hari ini platform sudah banyak sekali. Yang menjadi tantangan bagi perempuan adalah kepercayaan diri. “Haduh susah ya!”,” ujarnya.  

Padahal  studi Google menyatakan mereka yang menggunakan teknologi, sekitar 80% usahanya meningkat dibandingkan yang tidak menggunakan teknologi. Google sendiri sudah menyediakan banyak platform dan gratis, tinggal bagaimana pelaku UMKM mau mengaksesnya.

Ilustrasi: dok. pribadi

Pakar digital Jonathan End memaparkan data statistik jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah 272, 1 juta. Sebanyak 175,4 juta menggunakan internet dengan durasi rata-rata 7 jam 59 menit. Sementara sebanyak 160 juta menggunakan media sosial dengan durasi rata-rata 3 jam 26 menit.

Artinya, pemanfaatan teknologi bisa membantu perempuan pelaku UMKM menjangkau konsumen lebih luas bahkan ke pasar internasional.

“Hari ini hampir semua orang berbelanja online dan menggunakan media sosial. Ibu-ibu yang doyan belanja dulu ke Mall Mangga Dua, sekarang beralih ke marketplace. Jangankan marketplace di media sosial pun ada. Sekarang rata-rata orang bangun tidur saja cek Instagram. Kenapa kita nggak jualan di situ?” papar Jonathan.

Jonathan menambahkan banyak kisah sukses  dari penggunakaan media sosial dan digital marketing untuk berbisnis. Brodo misalnya. Usaha sepatu produksi Indonesia ini fokus berjualan di media sosial dan website. Hasilnya dari omset Rp7 juta sebulan di tahun 2010, kini menjadi 300 Rp300 juta per bulan.

“Pertumbuhan bisnis bisa dipercepat dengan adanya teknologi digital yang harus kita manfaatkan,” tegas Jonathan.

Kiat Sukses Berbisnis bagi Perempuan UMKM di Masa Pandemi

Kunci sukses berbisnis di masa pandemi ini adalah pelaku UMKM harus mau bertranformasi, dari berjualan secara tradisional menjadi ke online. Banyak platform yang sudah tersedia, tinggal bagaimana  kita mau belajar dan memanfaatkannya.

Ilustrasi: dok. pribadi

Dora memberikan tiga kiat sukses berbisnis bagi pelaku UMKM, khususnya perempuan di masa pandemi.

  • Mau Belajar

Seperti pepatah kuno, “Di mana ada kemauan, di sana ada jalan.” Seseorang yang mempunya niat dan mau berusaha pasti akan menemukan kemudahan-kemudahan di setiap perjalanannya. Begitu juga dengan pelaku UMKM, selama ia memiliki tekad kuat untuk belajar digital marketing pasti usahanya akan berkembang.

  • Percaya Diri

Menjual produk kita di WhatsApp saja belum cukup. Seperti yang sudah dijelaskan tadi bahwa banyak sekali platform yang bisa digunakan. Tapi kita juga tidak bisa menggunakannya begitu saja, karena ada trik-trik khusus tentunya. Seperti kapan waktu tepat mempromosikan usaha kita, konten seperti apa yang disukai masyarakat dan bisa memengaruhi mereka, serta tools apa saja yang bisa kita pakai untuk meningkatkan penjualan.

Semua itu bisa kita kuasai asal memiliki kepercayaan diri. “Saya mau belajar dan pasti bisa.”

  • Bisa Beradaptasi

Dunia selalu berubah. Kita bisa melihat bagaimana perkembangan teknologi saat ini memengaruhi juga gaya hidup masyarakat. Belum lagi adanya ancaman bencana alam dan pandemi. Pelaku UMKM bisa tetap bertahan jika memiliki kemampuan beradaptasi dengan keadaan. Inovasi produk perlu dilakukan untuk memperluas pasar.

Ilustrasi: dok. pribadi

Google Indonesia sendiri selain menyediakan platform yang bermanfaat bagi pelaku UMKM juga membuat program Women Will. Kali ini Google Indonesia menggandeng Danone Indonesia memberikan edukasi literasi digital kepada perempuan UMKM.

Pelatihan tersebut dilakukan secara virtual. Google Indonesia dan Danone Indonesia saling kolaborasi melatih 700 ibu-ibu yang tergabung dalam program AQUA Home Services (AHS) dan Warung Anak Sehat.

AHS merupakan bisnis Danone-AQUA yang bertujuan untuk memberdayakan para ibu rumah tangga, dengan memberikan kesempatan mengembangkan jiwa kewirausahan dan mendapatkan penghasilan bagi keluarganya. Sedangkan Warung Anak Sehat merupakan program dari Danone Specialized Nutrition yang berkaitan untuk memberikan pembinaan kepada ibu pengelola kantin di sejumlah Sekolah Dasar.

Materi yang diberikan pada program tersebut adalah optimalisasi bisnis seperti penggunaan media sosial dan fitur Google My Business, membangun kesiapan mental berwirausaha dan penguatan business mindset yang disusun dalam empat model. Pelatihan dilakukan secara bertahap dari 9 Oktober hingga 3 Desember 2020.

Dengan pelatihan tersebut diharapkan perekonomian Indonesia semakin maju. Karena, “saat perempuan sejahtera, semua sejahtera,” ungkap Dora.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *