PANDEMI tak melulu soal musibah. Ya meskipun gara-gara pandemi banyak hal yang berubah. Banyak orang yang kehilangan sesuatu yang penting bagi kehidupan mereka. Dari pekerjaan hingga orang – orang yang mereka sayangi.
Di dunia pendidikan, baik pengajar maupun peserta didik sempat dibuat ketar-ketir. Khususnya mereka yang tinggal di daerah-daerah pelosok Indonesia. Khawatir bisa makin memperparah kasus Covid-19 dan membahayakan kesehatan peserta didik, pemerintah memberlakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) alias daring.
Untuk mereka yang tinggal di perkotaan, pembelajaran secara daring adalah hal yang sangat mudah dilakukan. Tapi bagi mereka yang tinggal di perdesaan, pembelajaran daring tentu saja sulit. Banyak peserta didik yang tak memiliki gawai dan tinggal di daerah dengan jaringan internet yang buruk.
Fakta tersebut diperkuat dengan pernyataan Ditjen Paud Dikdasmen Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Jumeri, S.T.P., M.Si pada konferensi pers virtual Danone-AQUA yang berjudul, “AQUA dan Sekolah.mu Ajak Anak Indonesia Kelola Sampah Melalui E-Learning Interaktif”, Kamis (6/5/2021).
“Selama PJJ banyak kendala yang dihadapi, baik daring maupun luring,” katanya.
Pada saat daring, tidak semua siswa mempunyai perangkat digital. Tidak semua siswa mempunyai listrik. Kemampuan guru dan orang tua juga belum memadai. Apalagi di Indonesia, referensi sumber belajar digitalnya masih sangat minim.
Sementara yang luring, terbatas juga. Kondisi belajar anak kurang kondusif, karena guru-guru juga takut tertular Covid-19.
Di balik tantangan-tantangan tersebut, praktisi pendidikan Najela Shihab justru melihat ada hikmah saat pandemi bagi dunia pendidikan. Sejak dulu, ekosistem pendidikan sangat sulit berubah. Apa yang dialami oleh orang tua kita masih dirasakan oleh anak-anak zaman sekarang. Tapi pandemi membawa perubahan ke dunia.
“Mau enggak mau, sekolah, madrasah, satuan pendidikan yang sebelumnya sulit berubah dipaksa untuk beradaptasi,” katanya.
Contohnya adalah transformasi proses belajar mengajar ke digital, guru dan orang tua jadi terlibat aktif, begitu juga dengan korporasi – korporasi seperti Danone AQUA yang ikut ambil peran dalam mengatasi permasalahan dalam pendidikan, menjadi berlipat ganda.
Dan bicara soal PJJ, menurut Najela bukan hanya tentang beradaptasi memakai gawai dan e-learning, tapi juga harus belajar dengan metode pedagogi yang baru. Cara interaksi anak dengan guru melalui metode terintegrasi digital perlu ada penyesuaian-penyesuaian.
Misalnya, yang dilakukan Danone-AQUA dan Sekolah.mu – sekolah berbasis teknologi – saat ini. Mereka meluncurkan program belajar ‘Sampahku Tanggung Jawabku’ (SAMTAKU) dalam format digital.
Program tersebut dirancang untuk memudahkan tenaga pendidik dan orang tua memberikan pemahaman kepada anak tentang pentingnya pengelolaan sampah di sekitar.
Materi program SAMTAKU dikemas secara digital dengan materi berkualitas dan menarik agar lebih mudah diakses dan tersedia untuk diunduh kapan saja.
Inisiatif ini tentunya mendukung PJJ yang tengah diimplementasikan oleh Kemdikbud selama pandemi.
Menurut Intan Kartika, Brand Director AQUA, program SAMTAKU ini sebenarnya kelanjutan dari komitmen program Bijak Berplastik AQUA yang diluncurkan sejak 2018. Program Bijak Berplastik memiliki tiga pilar yaitu koleksi atau pengumpulan, edukasi dan inovasi.
Modul Sampahku Tanggung Jawabku adalah bagian dari pilar kedua yaitu edukasi, dengan harapan pada 2025 nanti akan ada 5 juta anak Indonesia yang mendapatkan edukasi mengenai sampah. Bahkan Danone-AQUA ingin menargetkan ada 100 juta orang Indonesia yang mendapatkan edukasi mengenai sampah.
“Melalui modul SAMTAKU ini kami ingin membangun suatu kebiasaan dari kecil. Karena kami percaya bahwa kalau suatu kebiasaan atau pendidikan ditanamkan sejak dini, itu lebih mudah, karena sudah jadi kebiasaan sejak kecil,” ucapnya.
Danone-AQUA ingin membangun kebiasaan sejak dini bahwa sampah adalah tanggung jawab kita semua, untuk itu harus dikelola dengan baik dan benar. Termasuk soal 3R (Reduce-Reuse-Recycle) atau memilah sampah.
Head of Climate and Water Stewardship Danone-Indonesia Ratih Anggraeni menjelaskan tentang isi modul. Modul SAMTAKU menekankan pada bagaimana memberi pemahaman secara benar dan komprehensif pada anak-anak mengenai isu sampah. Serta, bagaimana mereka mau dalam mengolah sampahnya.
“Jadi kita bisa sama-sama mengukur untuk tercapainya Indonesia lebih bersih,” ungkap Ratih.
Dalam modul ini tidak langsung menyuruh anak-anak untuk kelola sampah, tapi akan diberi penjelasan terlebih dahulu. Apa sih sampah itu? Siapa yang menghasilkan sampah sebenarnya? Kemudian jenis-jenis sampah itu apa saja? Lantas kalau sampah itu dibuang sembarangan, dia akan pergi ke mana? Kalau sampah itu dipilah nanti lari ke mana dan dampaknya untuk kita seperti apa?
Dengan modul interaktif anak tersebut mereka akan memahami tentang sampah dan pentingnya memilah sampah untuk keberlangsungan hidup di masa depan.
Materi SAMTAKU tersebut dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
- PAUD
- SD kelas bawah atau kelas 1-3
- SD kelas atas atau kelas 4-6
Bentuk kegiatan untuk ketiga kategori tersebut sedikit berbeda, tapi alurnya sama. Pokoknya, Danone-AQUA dan Sekolah.mu menyesuaikan dengan tingkat pengalaman anak-anak dan potensi apa yang ingin disasar pada usia tersebut.
Pembelajarannya dikemas secara menarik dan kreatif. Anak-anak akan mendapatkan materi belajar seperti video, buku cerita, aktivitas interaktif dan berbadai panduan pengelolaan sampah yang dapat diakses kapan saja.
Pada akhir program anak-anak diminta untuk melakukan aksi nyata dan mempraktikkannya langsung pengetahuan yang sudah didapat. Umpamanya, anak-anak akan diminta membuat biopori dan diminta menceritakan bagaimana proses pembuatannya. Atau anak-anak diajak berpetualang di sekitar rumah, kemudian mereka diminta untuk menceritakan proses dan hasil temuannya di platform yang ada di Sekolah.mu.
Nah, seluruh aksi dan karya anak tersebut nantinya akan terdokumentasi pada portofolio.
Bagi yang ingin mengakses program ini gampang sekali. Baik guru, peserta didik, maupun orang tua bisa mengaksesnya secara gratis. Tinggal kunjungi saja link website ini:
- PAUD – SD 3: https://www.sekolah.mu/program/sampahku-tanggung-jawabku-paud
- SD 4 – 6: https://www.sekolah.mu/program/sampahku-tanggung-jawabku-sd
Najela menambahkan dengan bergabung di wadah edukasi tersebut, masyarakat akan mendapatkan banyak sekali manfaat. Mereka akan belajar tentang pendidikan lingkungan anak yang sangat menyenangkan. Sehingga anak-anak tak akan merasa bosan saat belajar.
Nantinya anak-anak akan bisa saling berbagi dengan teman-temannya dari seluruh Indonesia. Pun dengan para guru bisa belajar dan saling berbagi dengan guru-guru di seluruh Indonesia.
“Ini berguna bukan cuma untuk pendidikan lingkungan tetapi juga sebetulnya untuk mencapai profil belajar Pancasila dan tujuan – tujuan pendidikan kita yang lebih besar lagi,” ujar pendiri Sekolah.mu itu.
Jangan khawatir bagi masyarakat yang tidak memiliki akses internet dengan baik. Karena Kemendikbud telah menyiapkan skema khusus, yakni akan memproduksi materi soft copy yang kemudian akan didistribusikan ke sekolah-sekolah yang memiliki akses minim.