PANDEMI telah mengubah banyak perilaku manusia, salah satunya dalam berbelanja. Pembatasan sosial yang pemerintah terapkan, membuat interaksi langsung atau tatap muka berkurang. Masyarakat kemudian memilih berbelanja secara daring untuk membeli berbagai kebutuhan pokok.

Bukan hanya karena pembatasan sosial saja, namun berbelanja secara daring dianggap lebih aman saat ini. Risiko penularan Covid-19 menjadi minim.

Sayangnya, banyak produsen yang menggunakan kemasan plastik sebagai packaging. Kondisi ini membuat produksi sampah plastik menjadi meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Komposisi sampah plastik kita meningkat tajam. Kalau dilihat dari data yang kita punya tahun 1995, masih sembilan persen. Sekarang semenjak pandemi, dilihat dari data Kota Surabaya, komposisi sampah plastik sudah 22 persen dari seluruh sampah,” ungkap Direktur Pengelolaan Sampah Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Dr. Ir. Novrizal Tahar IPM, pada Peresemian Pabrik Daur Ulang Botol Plastik PET Terbesar dan Termutakhir di Indonesia, Rabu (30 Juni 2021).

Novrizal melanjutkan tantangan sampah plastik di era pandemi ini semakin besar dan berat. Karena hampir semua aktivitas kita menggunakan belanja daring yang menggunakan packaging sekali pakai. Sementara tidak semua sampah plastik sekali pakai memiliki nilai yang baik untuk recycling atau didaur ulang.

“Ini menjadi tantangan,” ujarnya.

Sampah plastik meningkat selama pandemi. Ilustrasi: Pikiran Rakyat

Sayangnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah pun semakin memperburuk masalah. Seperti yang disampaikan Ir. Emenda Sembiring, ST, MT, MEngSc, PHD, Associate Proffesor Program Studi Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB).

“Ternyata pengetahuan tentang awareness bijak berplastik saat pandemi meningkat, tapi tidak mengubah perilaku masyarakat seperti memilih produk. Adakalanya manusia tahu konsekuensinya tapi tidak mau melakukannya,” jelas Emenda.

Upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan ini dilakukan dari hulu ke hilir. KLHK gencar mendorong perubahan – perubahan perilaku masyarakat baik secara online maupun offline. Mereka pun masif berinteraksi dengan gerakan- gerakan atau komunitas – komunitas. Melalui edukasi dan sosialiasi ini, KLHK berharap bisa mengubah perilaku masyarakat, seperti memilah sampah di rumah.

Kalau setiap orang melakukan pemilahan sampah di rumah akan memudahkan pengolahan limbah sampah plastik menjadi bahan baku. Misal, kalau orang memilah botol plastik pada tempat tersendiri akan memudahkan proses daur ulang.

Selain itu, KLHK juga membuat peraturan bagi produsen untuk mengurangi sampah produk atau packaging-nya minimal 30 persen. Sedangkan, menurut Sustainable Development Director Danone Indonesia Karyanto Wibowo mengatakan Danone-AQUA sebagai produsen produk air mineral kemasan memiliki target menggunakan 100 persen botol kemasan dari daur ulang sekaligus bisa didaur ulang kembali pada 2025. Artinya, Danone-AQUA melebihi target KLHK.

Danone – AQUA dan Komitmennya dalam Menyelesaikan Masalah Sampah Di Indonesia

Komitmen Danone-AQUA untuk menyelesaikan persoalan sampah di Indonesia bukan hanya sebatas ini. Pada tahun 1993, Danone-AQUA mempelopori daur ulang sampah plastik melalui program PEDULI. Bahkan di 2013, Danone-AQUA memproduksi botol plastik kemasannya dengan material daur ulang.

Aksi ini terus berlanjut. Pada 2018 mereka membuat Gerakan #BijakBerplastik yang melibatkan masyarakat Indonesia untuk berkontribusi membangun sebuah budaya baru. Dari mendaur ulang sampah hingga mengajak warga untuk terlibat dalam menjaga lingkungan.

Komitmen Danone-AQUA dalam menyelesaikan masalah sampah di Indonesia. Ilustrasi: Yusnaeni

Pada tahun yang sama, Danone-AQUA bersama dengan Veolia Indonesia dan beberapa mitra lainnya, mengembangkan program Inclusive Recycling Indonesia (IRI) di berbagai wilayah di Indonesia yang memiliki fokus untuk meningkatkan kapasitas dan produktivitas pengelolaan sampah di Tempat Pengelolaan Sampah berbasis Reuse, Reduce, dan Recycle (TPS3R), serta fasilitas pengumpulan sampah plastik.

Dalam program tersebut, mereka memberdayakan pemulung dan pekerja di sektor persampahan. Tujuannya untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan pemulung dan pekerja saat bekerja, sekaligus meningkatkan kualitas hidup mereka secara sosial dan ekonomi. Hal yang dilakukan di antaranya dengan memfasilitasi pemberian asuransi BPJS dan pembukaan tabungan pensiun serta tabungan emas kepada para pemulung.

Selanjutnya pada 2019, Danone-AQUA juga meluncurkan botol air minum pertama di Indonesia yang terbuat dari 100% PET daur ulang (AQUA Life). Serta, mendukung penuh Veolia Indonesia memulai pembangunan pabrik daur ulang botol plastik di Pasuruan, Jawa Timur.

Peresmian pabrik daur ulang terbesar dan termutakhir milik Veolia Indonesia. Ilustrasi: Yusnaeni

Dan tahun ini pabrik tersebut sudah selesai dibangun. Pabrik daur ulang botol plastik PET terbesar dan termutakhir tersebut pun diresmika oleh Menteri Perindustrian, Dr. Agus Gumiwang Kartasasmita, M.Si.

Nantinya, Danone-AQUA akan menjadi konsumen terbesar dari pabrik ini, dengan total kapasitas produksi pabrik 25.000 ton/tahun. Keberadaan pabrik ini mendukung Danone-AQUA untuk meningkatkan kandungan daur ulang botol plastik hingga tiga kali yang saat ini pada tahun 2022.

Meski begitu, pabrik tersebut tidak hanya akan beroperasi untuk melayani Danone-AQUA saja, tapi seluruh konsumen yang membutuhkan botol plastik food grade untuk kebutuhan industrinya.

“Apa yang dilakukan Danone-AQUA dan Veolia Indonesia ini, semoga bisa menjadi stimulan bagi produsen – produsen lain untuk mengurangi sampahnya,” tambah Novrizal.

Kemasan Hasil Daur Ulang Pabrik Veolia Aman Digunakan

Pabrik daur ulang dan pemrosesan botol plastik ini tak hanya terbesar tapi juga termutakhir di Indonesia. Tentu saja menggunakan teknologi dan sistem yang modern dan canggih. Sehingga hasil produk yang dihasilkan nantinya akan bermutu dan aman digunakan.

“Pabrik Veolia akan menghasilkan kemasan pangan, maka harus melewati standar kualitas yang ketat. Teknologi yang digunakannya canggih. Kenapa? Karena kemasan yang dipakai bekas dan memiliki kualitas beda-beda. Bagaimana bisa digunakan sebagai bahan untuk botol baru, harus dikontrol kualitasnya. Pastinya harus mengikuti standar pangan yang dikeluarkan authority di Indonesia yaitu BPOM,” papar Karyanto.

Penampakan pabrik daur ulang botol plastik Veolia Indonesia di Pasuruan, Jawa Timur. Ilustrasi: iNews.id

Ia pun melanjutkan jika produk yang dihasilkan akan bisa didaur ulang kembali. Sebab, sebenarnya plastik merupakan material yang luar biasa, bisa didaur ulang hingga 50 kali. Tapi penelitian mengenai ini masih terus dikembangkan, kemungkinkan bisa didaur ulang lebih dari itu dengan menggunakan teknologi yang lebih canggih.

Dengan begitu ekonomi sirkular di Indonesia akan berjalan.

Karyanto juga menambahkan jika Veolia Indonesia memiliki teknologi untuk memisahkan antara label dan tutup botol, yang dapat meningkatkan pengumpulan label dan tutup botol dalam skala nasional.

Danone-AQUA akan turut membantu Veolia memastikan pasokan botol plastiknya berkualitas, sembari terus meningkatkan kesejahteraan pemulung dan pekerja TPS3R (Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle) lewat program daur ulang inklusif Indonesia atau Inclusive Recycling Indonesia (IRI).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *