Beberapa hari lalu, saya mengikuti acara Bicara Gizi yang diselenggarakan Danone Specialized Nutrition. Tema acara kali ini adalah membedakan gejala alergi di saluran cerna dan gangguan saluran cerna fungsional untuk dukung tumbuh kembang si kecil.
Menurut narasumber yakni Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastro Hepatologi dr. Frieda Handayani Sp.A(K), gangguan saluran cerna dapat menyebabkan terganggunya asupan nutrisi pada anak.
Kalau tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan terhambatnya tumbuh kembang si kecil. Gangguan saluran cerna karena alergi dapat memberikan dampak negatif jangka panjang sehingga mengganggu kualitas hidup dan tumbuh si anak.
Saya setuju sekali …. Alergi bisa mengganggu kualitas hidup dan tumbuh si anak. Ya … karena saya adalah salah satu dari anak-anak yang mengidap alergi. Waktu kecil saya seringkali mengalami biduran yaitu reaksi pada kulit yang ditandai munculnya bentol-bentol berwarna kemerahan, disertai rasa gatal.
Gara-gara alergi, saya harus bolos sekolah dan ketinggalan pelajaran. Setelah sekian tahun, ketika saya sudah beranjak dewasa, saya kembali mengalami hal yang sama. Kira – kira sekitar bulan April dan Juli lalu.
Sangat menggangu sekali. Kulit ruam kemerahan dan rasa gatal itu saya rasakan satu mingguan. Saya tidak bisa bekerja, tidur salah, beraktivitas juga salah.
Kejadiannya terjadi saat pandemi. Awalnya saya, teman – teman dan keluarga curiga jika terinfeksi Covid-19. Namun saat dicek dokter, ternyata saya biduran akibat alergi. Alergi ini penyebabnya beragam. Untuk tahu penyebab pastinya, maka saya harus melakukan tes terlebih dahulu.
Menurut beliau lagi, alergi yang saya derita bisa terjadi kapan saja, ketika imun sedang tidak baik. Maka dia pun menganjurkan saya untuk menerapkan pola hidup sehat. Kalau tidak .. ya risiko, alergi saya bisa kumat kapan saja.
Nah itu mengapa, tindakan promotif dan preventif sejak dini menjadi sangat penting untuk mengatasi penyakit alergi. Dan orangtua tentu memiliki peran yang sangat penting dalam memahami dan mengenali gejala alergi pada si kecil agar mendapat penanganan yang tepat.
Gejala alergi umumnya terjadi pada saluran pernapasan, kulit serta saluran cerna. Kasus gangguan di saluran cerna menjadi alergi paling tinggi. Persentasenya mencapai 50 – 60%, misalnya konstipasi atau sembelit.
“Saluran cerna pada anak masih rentan, antara lain karena organ saluran cerna belum berfungsi sempurna, oleh karenanya saluran cerna seringkali mengalami gangguan seperti konstipasi. Selain itu, gangguan saluran cerna pada anak juga dapat merupakan manifestasi alergi, seperti alergi susu sapi,” kata dr. Frieda.
Sayangnya, banyak orangtua yang sulit membedakan apakah gangguan saluran cerna atau manifestasi alergi. Sehingga, menurut dokter Frieda penting sekali orangtua dapat mengenali penyebab gangguan saluran cerna tersebut.
Jenis-Jenis Alergen
Alergi adalah suatu reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunitas tertentu. Penyebab alergi disebut alergen dan banyak jenisnya, di antaranya:
- Susu
- Keju
- Yogurt
- Kacang-kacangan
- Seafood
- Kedelai
- Gandum
- Debu
- Tungau
- Bulu hewan
- Serbuk sari
- Spora jamur
- Sengatan lebah
- Obat-obatan tertentu
Dokter Frieda mengungkapkan bahwa alergi susu sapi (ASS) paling sering ditemukan di masa kanak-kanak dan kejadinnya terus meningkat. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat angka kejadian ASS 2-7,5% dengan kasus tertinggi terjadi pada usia awal kehidupan si Kecil.
Pada umumnya, anak mengalami dua jenis gejala ringan hingga sedang. Misalnya untuk gejala ringan adalah kulitnya gatal, kemerahan, bengkak, lalu ada gumoh atau muntah, juga konstipasi ringan.
Namun, kalau si Kecil mengalami gejala yang berat bisa shock atau kesulitan bernapas, BAB berdarah, bisa terjadi anemia dan gagal tumbuh.
Gejala alergi susu sapi ringan maupun sedang biasanya:
- Kolik
- Gumoh
- Konstipasi
- Muntah
- Mual
- Diare
Waktu Munculnya Alergi
Pada anak yang alergi susu sapi yang gejalanya kategori cepat, biasanya muncul 1-2 jam setelah minum susu sapi. Tapi pada kategori lambat, biasanya muncul 2 – 72 jam atau tiga hari setelah minum susu sapi. Gejala pada kategori lambat juga ringan, awalnya ruam-ruam, awalnya sedikit lama – lama banyak dan disertai mual atau diare.
Tindakan yang Bisa Dilakukan Orangtua
Orangtua perlu memahami gejala alergi di saluran cerna dan paham cara membedakannya. Nah, untuk mempermudah orangtua dalam membedakan gejala saluran cerna yang disebabkan alergi atau hanya gangguan saluran cerna biasa, Danone Indonesia menciptakan inovasi berupa alat deteksi digital yang disebut Allergy – Tummy Checker.

Alat tersebut bisa diakses secara gratis di www.bebeclub .co.id mulai 1 November 2021. Nantinya para orangtua dapat mengetahui tata laksana yang diperlukan si kecil untuk menghindari kondisi pemicu alergi, termasuk pada pemilihan nutrisi untuk si Kecil yang tidak cocok mengonsumsi susu sapi.
Dokter Frieda menambahkan, orangtua perlu berkonsultasi dengan dokter jika gejala berlanjut dan terdapat tanda bahaya (red flag).
Contoh red flag adalah gangguan pertumbuhan, contohnya berat badan dan tinggi badan yang tidak sesuai, mengalami muntah, masalah makan, gangguan pada organ, dan sebagainya.