Serat makanan ternyata tidak bisa dianggap remeh. Selain melancarkan proses pencernaan, serat juga bisa mengurangi risio alergi, khususnya pada anak.
Sudah dua tahun ini, saya seringkali mengalami biduran. Ada juga yang menyebutnya urtikaria atau kaligata, yakni reaksi kulit terhadap alergen yang ditandai dengan munculnya bentol-bentol atau ruam kemerahan disertai dengan rasa gatal. Awalnya, saya pikir terinfeksi Covid-19 karena pandemi sedang di puncaknya. Namun, saat saya memeriksakan diri ke klinik, dokter meyakinkan bahwa saya terkena alergi. Pemicunya beragam seperti dingin, panas, serangga, debu, dan sebagainya.
Saya memang pernah biduran tapi bertahun – tahun lalu, ketika saya masih kecil. Menurut dokter, kemunculan alergi memang tidak bisa diduga. Ia pun menyarankan saya untuk menghindar dari pemicu alergi, hidup sehat dan bersih, serta konsumsi makanan yang baik.
Alergi sendiri adalah reaksi dari sistem kekebalan tubuh yang bisa terjadi sejak bayi. Ada banyak macam alergi dan bisa terjadi di berbagai bagian tubuh, mulai dari pernapasan hingga kulit. Ada yang bersin – bersin, pilek atau hidung tersumbat, mata berair dan gatal, muntah, batuk, diare, sesak napas, mengi atau bengek, dan ruam pada kulit.
Menurut Konsultan Alergi dan Imunologi Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Endah Citra, Sp.A(K), alergi yang terjadi pada anak bisa berlanjut hingga dewasa.
Dokter Endah melanjutkan bakat alergi sebenarnya sudah ada di tubuh kita sejak masih kecil. Bahkan pada penyakit alergi makanan, sudah terjadi sejak sebelum berusia dua tahun. “Maka untuk kasus alergi, penyakit ini tidak bisa disembuhkan total,” katanya.
Pantas saja, sampai dengan saat ini saya kerap mengalami berbagai alergi, mulai dari bersin – bersin dan pilek bila terkena debu, diare, hingga biduran.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua memastikan kondisi alergi anak sejak dini dengan berkonsultasi pada dokter sehingga bisa mendapatkan penanganan yang tepat.
Alergi Tidak Hanya Berdampak Pada Fisik, Tapi Juga Psikologis
Kondisi alergi yang kita alami tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tapi juga psikologis. Saya sudah merasakan sekali, bagaimana alergi menggangu aktivitas dan juga psikologis karena rasa gatal serta penampilan terganggu. Apalagi pada anak – anak.
Menurut psikolog anak dari Universitas Indonesia, Anastasia Satriyo, M.Psi., P.si, alergi bisa memengaruhi emosi pada anak. Mereka juga menjadi lebih rentan mengalami kecemasan dan gangguan kognitif.
Rasa cemas itu disebabkan oleh faktor genetik dan pengaruh dari lingkungan sosialnya. Orangtua yang juga cemas karena sang anak terkena alergi juga bisa menyebakan aksi – reaksi pada anak tersebut. Alergi juga bisa memicu bullying.
Tes Alergi itu Penting
Untuk mencegah terjadinya alergi kembali, kita bisa melakukan serangkaian tes. Dokter Endah mengatakan, tes alergi akan sangat baik bila dilakukan sejak dini atau saat gejala muncul pertama kali.
Ada beberapa jenis tes alergi yang bisa kita pilih, di antaranya skin prick test (SPT), pemeriksaan darah atau imunogobulin E (IgE), dan food challenge atau provokasi makanan.
Dengan tes tersebut, kita bisa tahu penyebab alergi yang timbul dan menghindar dari alergen.
Konsumsi Serat, Salah Satu Cara Cegah Risiko Alergi
Sesuai dengan temanya, webinar ini mengungkap serat merupakan salah satu solusi untuk mencegah risiko terjadinya alergi. Berdasarkan penelitian, pola makan rendah asupan serat merupakan salah satu faktor yang meningkatkan risiko terjadinya alergi. Untuk itu, ia menganjurkan para orang tua memiliki pengetahuan yang cukup serta kejelian dalam memilih dan memberikan asupan nutrisi yang sesuai dengan kondisi anak, memiliki gizi yang seimbang, serta kaya kandungan serat.
Dokter Endah menambahkan penting bagi para orang tua di Indonesia agar dapat membangun kebiasaan makan serat pada anak sedini mungkin. Orang tua bisa memperkenalkan makanan serat secara terus menerus sejak dini dengan harapan kebiasaan yang baik ini dapat berlanjut hingga dewasa.
Adapun kebutuhan serat per harinya, berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) adalah 19 gram serat setiap harinya. Dokter Endah menyarankan konsumsi serat lebih dari satu jenis per harinya. Serat bisa diperoleh dari buah, sayur, roti, sereal, beras, pasta, dan biji – bijian. Imbangi juga dengan mengonsumsi air mineral yang cukup karena ternyata serat menyerap air dalam tubuh.
Selain itu, orang tua juga perlu memberi anak dengan makanan yang mengandung probiotik dan prebiotik untuk membantu mikrobiota usus dalam mengolah makanan dalam saluran cerna. Sumber probiotik bisa didapat dari yogurt, kefir, kimchi, dan tempe. Sementara prebiotik berasal dari sayuran, buah, whole grain, dan legumes (kacang polong, kacang merah) setidaknya sebesar 25 – 38 gram/hari.