Beberapa tahun belakangan ini, saya mendengar banyak cerita tentang sulitnya mendapat pekerjaan. Lowongan pekerjaan banyak, tapi peminatnya juga banyak. Hanya satu posisi yang dibutuhkan, ribuan orang yang mendaftar.

Saya pernah membuka program magang untuk 10 posisi jabatan di sebuah perusahaan media. Tapi peminatnya mencapai 5000. Jumlah ini membuat saya kewalahan dalam menyeleksi. Banyak pelamar memiliki ‘segudang’ prestasi dan pengalaman magang sebelumnya.

Salah satu mahasiswa yang diterima mengatakan, dunia kerja yang semakin kompetitif mendorong mereka untuk terus aktif dan belajar, baik itu menjadi relawan, berorganisasi maupun magang.

Di era globalisasi seperti sekarang ini, wajar bila persaingan semakin ketat. Kita tidak hanya bersaing dengan sesama orang Indonesia tapi juga negara lain. Zaman juga menuntut kita untuk multitasking dan memiliki banyak ketrampilan. Tantangan lainnya adalah ancaman 85 juta pekerjaan akan tergantikan dengan mesin di tahun 2025.

Orang tua perlu optimalisasi perkembangan kognitif anak sejak dini untuk hadapi persaingan dan tantangan globalisasi. Dok. Pribadi

Situasi yang cukup sulit dan menjadi PR besar bagi generasi kini, sehingga peran keluarga, khususnya orang tua sangat dibutuhkan. Orang tua harus bisa menjadi support system bagi anak-anaknya. Mereka juga perlu membekali anak-anaknya sejak dini. Salah satunya adalah dengan mengoptimalkan pemberian nutrisi dan stimulasi agar anak memiliki daya tahan tubuh kuat, serta kemampuan kognitif yang mumpuni. Dengan begitu, mereka siap menghadapi tantangan di masa depan.

Menurut penelitian pakar psikologi Dr. Fernando Gomze-Pinilla, PhD tahun 2008, perkembangan kognitif anak sangat dipengaruhi oleh saluran pencernaan yang sehat dan imunitas yang optimal melalui intervensi nutrisi yang baik. Apabila saluran pencernaan anak bekerja dengan baik, maka daya tahan tubuh atau imunitasnya juga akan baik. Imunitas yang baik memiliki kaitan erat dengan kemampuan kognitif anak. Mereka yang sehat akan aktif bergerak, sehingga lebih mudah menanggapi stimulasi dan mampu belajar dengan optimal.

Sependapat dengan Gomze-Pinilla, Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi, dr. Molly Dumakuri Oktarina, Sp.A(K) juga mengatakan bahwa perkembangan kognitif yang optimal sangat dipengaruhi oleh sistem imun yang sehat. Sebab, sistem imun berperan penting dalam perkembangan otak.

“Sistem imun yang tidak teregulasi dengan baik akan menyebabkan gangguan perkembangan otak, baik kognitif maupun perilaku,” ujarnya dalam Bicara Gizi Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia yang bertajuk “Optimalisasikan Perkembangan Kognitif Anak dengan Daya Tahan Tubuh yang Kuat dan Stimulasi yang tepat”, Rabu (26 Oktober 2022).

Sistem Imun dan Perannya Pada Perkembangan Otak

Di dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, terdapat masa – masa emas yang akan menentukan kondisi kesehatannya di masa depan. Masa ini disebut 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), terhitung mulai terjadinya konsepsi sampai anak berusia dua tahun. Apa yang dialami dan diberikan pada hari – hari ini akan memberikan konsekuensi yang panjang.

Dokter Molly menjelaskan, di masa 1000 HPK terjadi percepatan pertumbuhan sel – sel tubuh yang nantinya akan menentukan status gizi anak. Apakah gizinya baik atau kurang, serta perawakannya pendek atau tinggi? Pada 1000 HPK juga terjadi percepatan sel – sel otak yang memengaruhi tingkat kognisi, perilaku dan kecerdasannya.

Pada 1000 HPK juga terjadi percepatan perkembangan dan pertumbuhan sel – sel imun atau daya tahan tubuh, yang akan menentukan anak dapat bertahan dari serangan patogen atau tidak.

Sel imun sendiri diibaratkan seperti tentara dalam suatu daerah atau organisasi. Mereka berfungsi melindungi tubuh dari serangan dari luar tubuh (patogen) atau serangan dalam tubuh (sel kanker). Selain melindungi tubuh dari serangan, sel – sel imun tersebut juga harus mampu menjaga keseimbangan antara sel – sel imun itu sendiri.

Bicara Gizi Danone SN Indonesia dengan tajuk “Optimalisasikan Perkembangan Kognitif Anak dengan Daya Tahan Tubuh yang Kuat dan Stimulasi yang tepat”, Rabu (26 Oktober 2022). Dok. Pribadi

Sistem imun dibagi menjadi dua yaitu sistem imun alami dan sistem imun didapat. Sistem imun alami merupakan sistem imun atau pertahanan tubuh yang sudah ada sejak lahir. Kerjanya tidak spesifik. Ada atau tidak adanya patogen atau musuh, sistem imun ini akan selalu ada. Contohnya kulit, cairan dalam lambung, rambut, dan bulu – bulu halus pada hidung. Pada saat patogen menyerang tubuh, mereka harus berhadapan terlebih dahulu dengan sistem imun alami. Bila sistem imun alami tidak mampu menghadapi serangan patogen tersebut, maka mereka akan meminta pertolongan pada sistem imun lainnya. Saat itu sistem imun didapat akan menjadi aktif.

Sel imun terdiri dari banyak sel. Satu sel hanya bertugas melawan bakteri dan sel lainnya bertugas melawan virus. Sel – sel itu juga memiliki memori, gunanya agar ketika ada serangan patogen kembali,  mereka dapat mengenal dan melawannya. Sel imun juga bertugas untuk melawan serangan dari dalam tubuh (sel kanker).

Apabila sejumlah sistem imun tidak kuat, maka tubuh akan gagal melawan zat – zat petogen tersebut, sehingga terjadilah gangguan sistem imun atau infeksi. Kalau gagal melawan sel dalam tubuh maka akan terjadi kanker.

Tetapi selain melawan, lanjut dr. Molly, sistem imun harus mengenali mana yang lawan dan mana yang kawan. Apabila sel imun menyerang sel-sel yang harusnya dilindungi, maka sel-sel tubuh akan menjadi hancur dan terjadilah autoimun. Sel – sel imun juga tidak boleh bereaksi secara berlebihan. Jika berlebihan, tubuh akan mengeluarkan berbagai gejala alergi.

Begitu besarnya peran sel-sel imun terhadap tubuh maka perlu dijaga fungsinya dengan baik. Apalagi ada hubungan antara sel imun dengan perkembangan otak dan mikrobiota di dalam usus.

Dokter Molly menambahkan, di area otak manusia terdapat hipokampus. Bagian otak ini berfungsi untuk mengolah memori, membantu manusia mengenali objek, serta mengingat dan memahami bahasa yang di dengar. Ternyata di area hikompus tersebut terdapat banyak sekali sel neuron, di antaranya Microglia dan Astrocytes. Kedua sel neuron tersebut  juga berfungsi sebagai sel imun dan perkembangan sel – sel otak.

Berdasarkan penelitian lainnya menyebutkan terdapat hubungan antara mikrobiota usus dan sel imun otak.

“Di dalam pencernaan kita, khususnya di dalam usus, terdapat berbagai jenis dan banyak sekali mikrobiota komensal (mikrobiota baik). Ia memiliki peran penting di dalam perkembangan sistem imun, karena mikrobiota komensal mengeluarkan zat – zat yang berkompetitif dengan mikrobiota patogen,” tambahnya.

Mikrobiota komensal juga secara langsung dapat memengaruhi perkembangan otak, yaitu dengan mengeluarkan zat – zat yang akan memengaruhi jalur edogen dan saraf – saraf secara langsung untuk perkembangan otak itu sendiri.

Melihat hubungan antara sel imun, perkembangan otak dan mikrobiota usus, dr. Molly memberikan tips bagi para orang tua untuk mengoptimalisasi sistem imun.

Pertama, pada masa kehamilan. Pada masa ini sebaiknya ibu hamil melakukan kontrol kehamilan secara teratur baik, baik itu di bidan maupun dokter. Selanjutnya adalah ibu harus:

  • Menjaga kebersihan diri;
  • Mencegah infeksi selama kehamilan. Apabila terjadi infeksi maka obat infeksi tersebut secara dini;
  • Mendapatkan nutrisi yang lengkap dan seimbang;
  • Menghindari stres;
  • Menghindari alkohol dan asap rokok. Maka dengan itu, butuh kerjasama pasangan, khususnya bila pasangannya merokok.

Kedua, saat melahirkan. Apabila tidak ada kontraindikasi medis, maka pilihlah metode melahirkan secara per vaginam atau normal. Jangan karena ingin lahir di tanggal cantik kemudian memilih kelahiran sesar.

Ketiga, memberikan ASI esklusif. ASI esklusif adalah nutrisi yang paling baik bagi seorang anak. ASI dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi dan alergi, serta merangsang pertumbuhan sistem kekebalan tubuh bayi. Berikan ASI esklusif pada anak berusia 0-6 bulan, kemudian dilanjutkan dengan makanan padat sampai usia dua tahun.

Keempat, pemberian nutrisi yang baik. Apabila anak sudah masuk ke tahap usia mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI), maka berikan makanan yang lengkap dan seimbang. Asupan nutrisi harus memenuhi kebutuhan makro dan mikro, seperti mineral, vitamin, prebiotik dan probiotik.

Kelima, melakukan vaksinasi sebagai faktor penting untuk meningkatkan sistem kekebalan anak, khususnya anak di bawah usia dua tahun.

Keenam, hindari penggunaan antiobiotik yang tidak rasional. Gunakan antibiotik atau obat – obatan lainnya sesuai indikasi, dosis, dan anjuran petugas kesehatan. Penggunaan antiobiotik yang tidak rasional dapat memengaruhi sistem imun anak. Bila sistem imun anak terganggu tentunya akan mengganggu perkembangan otaknya.

Stimulasi Tepat untuk Tubuh Kembang Anak

Selain pemenuhan nutrisi yang cukup anak juga perlu mendapatkan stimulasi yang tepat sesuai tahap tumbuh kembangnya. Begitu yang disampaikan Ratih Ibrahim, M.M., Psikolog Klinis, Parenting Expert, CEO & Founder Personal Growth.

Ia mengungkapkan orang tua dapat menggunakan delapan aspek perkembangan kognitif untuk memahami perkembangan kognitif anak yang multidimensi dan kompleks.

Kedelapan aspek tersebut adalah attention, focus, memory, language, psychomotor, logic, reasoning dan decision making.

Untuk itu, penting bagi orang tua untuk memerhatikan secara saksama perkembangan kognitif anak melalui serangkaian tes atau pemeriksaan secara berkala. Dengan memahami hal-hal penting yang dapat mendukung perkembangan kognitif pada anak, orang tua telah membekali anak dengan jiwa pemenang, serta siap menghadapi masa depan yang kompetitif,” paparnya.

8 Winning Skills Interactive Assessment

Danone SN Indonesia meluncurkan 8 Winnning Skills Interactive Assesment untuk memahami perkembangan kognitif anak sejak dini. Dok. Danone Indonesia

Sebagai perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap kecukupan nutrisi dan gizi masyarakat Indonesia, Danone SN Indonesia terus berkomitmen mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak yang berkualitas. Dengan cara, berupaya secara konsisten dalam memperluas jangkauan edukasi terkait tumbuh kembang anak, serta terus mendorong keterlibatan orang tua dan stakeholder lainnya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi MKK., Medical and Scientific Affairs Director Danone Indonesia mengatakan, mengamati perkembangan kognitif menjadi tantangan bagi orang tua karena belum ada indikator kognitif yang komprehensif,  mudah dipahami dan mudah diakses orang tua.

Oleh karena itu, Danone SN Indonesia meluncurkan 8 Winnning Skills Interactive Assesment yang telah divalidasi oleh para ahli di bidangnya untuk membantu orang tua memahami perkembangan kognitif anaknya. Parameter perkembangan kognitif anak 8 Winning Skills itu adalah perhatian, daya ingat, kemampuan psikomotor, logika, membuat keputusan, kemampuan berbahasa, fokus, dan penalaran.

Kedelapan Winning Skills Interactive Assesment itu dapat diakses melalui mynutri.club/twl.

Setiap anak dilahirkan sebagai seorang pemenang. Melalui alat asesmen interaktif ini diharapkan dapat membantu orang tua dalam menyiapkan anak menjadi pemenang di masa depan melalui optimalisasi perkembangan kemampuan kognitifnya.      

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *