“Enggak masalah kok gemuk, yang penting sehat!”
Begitu kalimat yang sering saya dengar. Faktanya, menurut berbagai penelitian, kegemukan justru menjadi jalan masuk berbagai penyakit seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, dan kanker. Saya sudah membuktikannya.
Di tahun 2017, saya menjalani operasi tumor jinak di bagian punggung. Tumor jinak itu disebut lipoma, sebuah benjolan yang muncul di bawah permukaan kulit, berada di antara kulit dan lapisan otot. Teksturnya lembut, mudah digerakkan, dan tidak sakit bila ditekan. Namun seiring waktu ukurannya semakin membesar dan menekan saraf di sekitar punggung. Sehingga itu cukup mengganggu dan mengharuskan saya untuk menjalani operasi.
Ada beberapa hal yang menyebabkan tumbuhnya lipoma, di antaranya faktor keturunan, faktor usia, menderita diabetes, mengidap obesitas, memiliki kolesterol tinggi, dan intoleransi glukosa.
Berat badan saya saat itu adalah 58 kilogram dengan tinggi badan 150 cm. Bila merujuk pada BMI (Body Mass Index), tubuh saya tergolong gemuk. Hasil laboratorium juga menunjukkan kolesterol dalam darah saya cukup tinggi.
Sejak saat itu, saya cukup concern dengan kesehatan. Berusaha untuk membuat berat badan saya selalu normal. Sayangnya, meski sudah olahraga rutin dan mencoba diet ini itu, saya tetap mengalami kesulitan untuk menurunkan berat badan secara optimal. Pernah berhasil, tapi berat badan mengalami kenaikan kembali. Bahkan, tubuh bagian tertentu masih cenderung gemuk dan berlemak.
Hingga akhirnya saya mengikuti acara “Brunch with dr. Yovi” pada Minggu, 9 Juni 2024 di YClinic Bintaro, Jakarta Selatan yang diselenggarakan oleh YClinic bekerjasama dengan Female Digest. Saya menjadi sadar bahwa ada yang salah dengan cara diet yang saya lakukan selama ini.

Kenali Tubuh dan Personality-mu Sebelum Diet
Mungkin sebagian besar dari kita menjalani diet berdasarkan informasi dari internet dan saran dari teman atau kolega. Padahal metabolisme tiap orang berbeda. Alih – alih ingin menurunkan berat badan, mengikuti diet orang lain tanpa mengetahui kebutuhan tubuh sendiri, justru malah berdampak buruk bagi kesehatan.
Sehingga dr. Yovi sangat menyarankan untuk mengetahui terlebih dahulu kondisi tubuh kita seperti apa. Mulai dari berat badan berdasarkan BMI, kondisi hormon, tipe tubuh, gaya hidup, hingga kesehatan mental.

“Sebelumnya, cari tahu dulu BMI atau Indeks Massa Tubuh kita dulu. BMI ideal untuk setiap orang bisa berbeda bergantung dengan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) masing – masing,” ujar praktisi nutrisi, wellness & anti aging tersebut.
Kita bisa menghitungnya dengan rumus ini:
BMI = BB : (TB x TB)
Misalnya BB kamu 88 kg dibagi TB 1,75 m adalah 88 : (1,75 x 1,75), sama dengan 26,1. Jika mengacu pada WHO dan Kemenkes RI, BMI 26,1 masuk ke dalam kategori gemuk atau kelebihan berat badan tingkat ringan.
“Kalau sudah, sekarang Anda bisa tahu mengenai ketagori tubuh Anda sendiri dan mulai memperkirakan langkah apa yang akan dilakukan untuk membuat BMI Anda membaik atau di angka normal,” ujar dr. Yovi.
Meski begitu, dr. Yovi mengatakan angka BMI bukanlah sebuah tolak ukur pasti mengenai kondisi kesehatan tubuh kita. Angka BMI bisa menjadi indikasi awal yang nantinya bisa ditentukan lebih lanjut dengan melihat bentuk tubuh dan lingkar pinggang, usia, jenis kelamin, risiko penyakit genetik, dan masih banyak faktor lainnya.
Lebih lanjut, dr. Yovi memaparkan kita juga harus memahami apa itu kalori. Sebagian energi dari makanan yang kita makan akan disimpan menjadi lemak dalam tubuh. Kalau kalori yang masuk ke dalam tubuh berjumlah banyak dan kita tidak membakarnya menjadi energi, berat badan akan naik. “Jadi istilah you are what you eat itu memang benar,” tambah dr. Yovi.
Oleh karena itu, penting untuk memasukkan kalori dalam tubuh sesuai dengan aktivitas kita sehari – hari. Mungkin untuk pekerja berat seperti kuli membutuhkan banyak kalori, tapi kita yang cenderung memiliki aktivitas ringan tidak membutuhkan banyak kalori sebesar mereka.

Kemudian, dr. Yovi menyinggung hubungan antara hormon dengan berat badan. Menurut penelitian Dr. Berg, ada empat jenis bentuk tubuh dengan ciri – ciri ketidakseimbangan hormon tertentu. Keempat jenis itu adalah tipe tubuh adrenal, tipe tubuh ovary, tipe tubuh tiroid, dan tipe tubuh liver.
Penjelasan mengenai keempat tipe atau jenis bentuk tubuh tersebut dapat kita temukan di buku dengan judul “Conscious Diet #KenaliTubuhmuSebelumDiet!” yang ditulis oleh dr. Yovi.

“Banyak hal yang kita rasakan atau alami pada tubuh berkaitan erat dengan hormon. Hormon sendiri diregulasi di berbagai titik kelenjar endokrin dalam tubuh manusia. Dua hormon yang paling mungkin berperan dalam cara makan Anda adalah kortisol dan insulin,” tambah dr. Yovi.
Kortisol sendiri merupakan hormon yang bisa membuat gemuk. Hormon ini memiliki berbagai fungsi penting dalam tubuh dan seringkali disebut sebagai hormon stres karena kadar kortisol dapat meningkat dalam situasi – situasi stres atau perubahan dalam keadaan fisik tertentu.
“Sehingga ada hubungan antara kegemukan dan kondisi mental kita,” tuturnya.
Berkonsultasilah dengan Ahli Gizi Sebelum Diet
Untuk mengetahui tipe tubuh dan personality kita sebelum diet, sebaiknya datanglah pada ahli gizi dan nutrisi. Jangan tanya “Mbah Google” ya! Datanglah ke rumah sakit atau klinik yang menyediakan pakar gizi dan nutrisi.
Kebetulan sekali, acara “Brunch with dr. Yovi, minggu kemarin dilaksanakan di YClinic. Klinik ini memiliki fokus pada Healthy Body, Esthetic, dan Mental Health. YClinic tidak hanya fokus pada kecantikan fisik saja, tetapi juga fokus pada penyembuhan seseorang melalui wellness, yang nantinya akan menumbuhkan rasa cinta terhadap diri sendiri.

Klinik yang didirikan pada tahun 2022 ini beralamatkan di Ruko Kebayoran Arcade Bintaro Tangerang Selatan. Memiliki kurang lebih tiga lantai, YClinic menyediakan tempat treatment untuk menurunkan berat badan dan perawatan wajah yang sangat nyaman.

Tidak hanya menawarkan konsultasi dan treatment saja, YClinic juga menawarkan suplemen makanan untuk membantu penurunan berat badan kita secara aman. Beberapa di antaranya adalah DBD Slender, Vita Glo, dan Enzyme+.
Yuk, diet sehat sebelum terlambat!