Ngeblog selalu menjadi salah satu cara favoritku untuk mengekspresikan pemikiran, perasaan, dan pengalaman. Semuanya dimulai ketika aku masih duduk di bangku SMA, saat Blogspot menjadi platform yang sangat populer. Saat itu, aku mulai menulis hal-hal yang mengalir dari pikiranku. Kadang tentang keseharian, cerita pendek, hingga opini-opini kecil yang muncul seiring waktu.

Awal Mula Menulis Blog

Bersama pers mahasiswa dari seluruh Indonesia.

Di SMA, aku menemukan kebebasan dan kegembiraan menulis. Setiap kali aku menulis di blog, rasanya seperti membuka diri dan membiarkan dunia tahu apa yang kupikirkan. Meski mungkin pembacanya tak banyak, tapi rasanya memuaskan bisa melihat kata-kata tertuang dalam sebuah halaman digital.

Perjalanan ini juga yang kemudian membawa minatku pada dunia tulis-menulis semakin dalam. Aku bergabung dengan pers mahasiswa dan Forum Lingkar Pena (FLP) saat di bangku kuliah. Dua organisasi yang memberiku banyak pelajaran tentang bagaimana menulis yang lebih terstruktur, kritis, dan memiliki nilai. Kegiatan menulis di blog dan aktif di organisasi ini membentuk fondasi kuat kecintaanku pada tulisan.

Dari Blog ke Dunia Jurnalistik

Setelah lulus kuliah, dunia tulis-menulis tak berhenti begitu saja. Aku beruntung mendapatkan kesempatan bekerja sebagai jurnalis di sebuah surat kabar harian di Lampung. Pengalaman sebagai jurnalis ini sangat memperkaya duniaku. Aku belajar menulis dengan cepat, akurat, dan tentu saja bertanggung jawab. Meski sibuk dengan pekerjaan sebagai jurnalis, ngeblog tetap menjadi bagian dari hidupku. Blog pribadi adalah ruang bebas tanpa deadline dan editor—tempat di mana aku bisa lebih santai menulis apa saja.

Semakin Terlatih Ngeblog Ketika Bekerja sebagai Humas

Belajar menulis naratif bersama para wartawan. Kelas ini diampu oleh wartawan senior Andreas Harsono dan penulis hebat lainnya seperti Eka Kurniawan, penulis Cantik itu Luka.

Ngeblog semakin ku tekuni saat berganti karir menjadi staf hubungan masyarakat di sebuah organisasi non profit. Kepiawainku dalam menulis diuji di sini. Tidak hanya diminta untuk menulis siaran pers, aku juga diminta untuk membuat majalah internal dan menulis blog tempatku bekerja.

Meski aku berpengalaman sebagai jurnalis, tanggung jawab itu menjadi tantangan tersendiri buatku. Membuat karya tulisan untuk dibaca oleh 53 ribu relawan memaksaku untuk meningkatkan skill dalam menulis.

Aku kemudian belajar menulis dari jurnalis senior Andreas Harsono. Beliau ahli dalam menulis karya jurnalistik naratif. Keterampilan ini sangat aku butuhkan kala itu. Sebab, sebagian besar artikel yang ku buat banyak berisi tentang true story.

Suatu hari aku menulis tentang salah satu relawan, Aina Fisabila namanya. Ia membuat program pemberantasan BAB sembarangan di Banten. Program itu kemudian mengantarkannya ke Belgia. Artikel kemudian aku ikutkan dalam pendaftaran Danone Blogger Academy 2018. Alhamdulillah lolos. Aku menjadi salah satu peserta yang dipilih Danone dan Kompasiana untuk mengikuti pelatihan gizi dan terbang ke Yogyakarta.

Puncak Perjalanan: Danone Blogger Academy 2018

Menulis buku tentang gizi bersama para blogger.

Tahun 2018 menjadi salah satu titik penting dalam perjalanan blogging-ku. Aku terpilih sebagai salah satu peserta Danone Blogger Academy, sebuah pengalaman yang membuka mataku tentang betapa luas dan dalamnya dunia blogging. Dari acara tersebut, aku belajar bahwa blogging bukan sekadar menulis dan membagikan pemikiran, tetapi bisa menjadi cara untuk tumbuh, berkembang, dan bahkan menjadi platform profesional yang bisa menghasilkan peluang karir dan kolaborasi.

Acara ini memberiku wawasan baru tentang bagaimana memanfaatkan blog untuk membangun personal branding, cara menulis konten yang relevan dan bermanfaat bagi pembaca, serta bagaimana memperluas jaringan dengan sesama blogger. Di sinilah aku sadar bahwa dunia blogging menawarkan lebih dari sekadar hobi, tetapi juga tempat untuk belajar, berbagi, dan terus bertumbuh.

Di sinilah aku mulai berpikir untuk mengubah blogku menjadi lebih profesional. Awalnya, kumpulan tulisanku berada di yusnaeni.wordpress.com, namun setelah memahami pentingnya personal branding, aku memutuskan untuk membuat blog pribadi dengan domain sendiri, dan lahirlah yusnaeni.com.

Akan Terus Ngeblog

Bersama para blogger yang tergabung dalam Komunitas Indonesian Social Blogpreneur (ISB).

Pengalaman menulis dari sejak SMA hingga kini telah mengajarkan banyak hal. Blogging tetap menjadi bagian penting dari diriku, bukan hanya sebagai tempat menumpahkan ide, tetapi juga sebagai ruang untuk terus belajar. Aku percaya, selama kita menulis dengan hati dan terus belajar, akan selalu ada ruang untuk berkembang di dunia ini.

Begitulah perjalanan ngeblogku yang dimulai dari sekadar platform curhat remaja, hingga berkembang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupanku.

Menjelang Hari Blogger Nasional ini, aku berharap bisa terus mengembangkan blogku dan menjadi bagian dari komunitas yang positif. Blogging bukan hanya tentang menulis, tetapi tentang bagaimana kita bisa saling terhubung, berbagi ilmu, dan tumbuh bersama. Dunia blogging telah membuka banyak kesempatan bagiku untuk berkembang. Oleh karena itu, aku akan terus ngeblog meski karirku bukan di dunia tulis menulis lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *