http://kompetiblog2010.studidibelanda.com
http://kompetiblog2010.studidibelanda.com

Water from the tap adalah air keran yang banyak di jumpai di negeri Belanda. Dengan air ini, warga bisa langsung meminumnya tanpa harus di masak. Dari sumber yang pernah saya baca,Warga hanya mengeluarkan 0,78 euro yakni sekitar Rp. 9.984, mereka tak perlu repot-repot harus membeli botol minuman jika melakukan perjalanan. Dan pemerintah tak perlu susah-susah melakukan pembersihan kota dari sampah botol minuman.Sejarah Water From The Tap Di Belanda

Belanda merupakan negara maju dengan sebagian daerahnya merupakan lautan dan kaya akan inovasi teknologinya yang luar biasa. Tentu tak asing lagi kita mendengar kincir angin sebagai teknologi yang digunakan untuk mengeringkan lautan. Sehingga Belanda yang sebagian wilayahnya adalah lautan seketika berubah menjadi daratan.

Water from the tap, dibangun sudah sekitar 150 tahun lalu. Ini diakibatkan karena banyak dari warga Belanda yang menderita banyak penyakit. Seperti kolera, yang seperti kita ketahui selama ini dikarenakan pemakaian air yang kurang bersih untuk minum sehari-hari. Sehingga pada tahun 1850, angka kematian yang disebabkan oleh penyakit tersebut berkurang.

Proses Penyaringan air

Lautan yang tidak dikeringkan, oleh Belanda digunakan sebagai pengelolaan air bersih. Dengan proses desalinasi, yakni proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapakan air yang bisa dikonsumsi, Belanda mampu mendapatkan air bersih dari air yang tadinya asin menjadi tawar. Lalu disalurkan pada Water from the tap.

Selain menggunakan air laut, Belanda menggunakan air tanah atau ground water dan air permukaan atau surface water.

Air-air tersebut lalu disaring secara alami. Setelah dilakukan penyaringan, air dipompa kembali ke dalam saluran untuk proses selanjutnya. Yakni dengan melakukan penyaringan ganda dan menggunakan butiran karbon aktif untuk menyerap pestisida dan polutan mikro. Atau juga dilakukan sendimentasi, dan kemudian air didisenfektan.

Untuk mengganti chlorine, digunakan ozonisasi atau ozon yang dilarutkan dalam air dan akan memecah bahan organik penggangu . Selain itu juga digunakan hydrogen peroxide dan radiasi sinar Ultraviolet (UV) untuk membunuh bakteri. Gelombang UV digunakan untuk menonaktivkan mikroorganisme pathogen. Sehingga, meski dalam proses distribusi air tidak diberi chlorine, air minum akan bebas dari pestisida dan rendah kadar meteri organiknya.

Air-air yang sudah bersih tersebut, didistribusikan melalui pipa dan stasiun pompa. Pengelolaan air bersih layak minum itu diserahkan kepada perusahaan yang sahamnya dipegang oleh pemerintah provinsi dan kotapraja, sehingga harganya murah dan mengutamakan kepentingan publik.

 Inovasi belanda ini memudahkan masyarakat Belanda dalam mendapatkan air bersih. Terutama untu keperluan minum sehari-hari
Inovasi belanda ini memudahkan masyarakat Belanda dalam mendapatkan air bersih. Terutama untuk keperluan minum sehari-hari.

Solusi Air Bersih

Pada tanggal 22 Maret yang lalu, bertepatan dengan Hari Air Sedunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengeluarkan sebuah laporan setebal 348 yang memberikan gambaran bahwa dunia akan mengalami krisis air pada tahun 2025. Negara-negara yang berpotensi lebih cepat dilanda krisis air adalah negara-negara berkembang seperti Indonesia. Meskipun Indonesia termasuk dari lima negara yang kaya air, namun Indonesia berpotensi mengalami krisis air lebih cepat. Bahkan Forum air Dunia II (World Water Forum) di Den Haag pada Maret 2000 lalu memprediksi Indonesia akan mengalami krisis air pada tahun 2025.

Hal ini diakibatkan lemahnya Indonesia dalam mengelola air. Seperti pemakaian air yang tidak efesien, sedangkan laju kebutuhan akan sumber daya air dan potensi meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat juga.

Dengan ancaman ini, saya kira Indonesia perlu belajar dari Belanda. Melakukan pengelolaan air dengan mengembangkan Water From The Tap, mungkin bisa menjadi solusinya. Mengingat selama ini masyarakat menggunakan air sangat tidak efesien dan terkesan asal. Seperti menggunakan air permukaan (ground water ) dengan pompa dengan tidak memikirkan dampaknya. Bahkan dibeberapa daerah dan kota besar masyarakat menggunakan sungai untuk MCK (Mandi, Cuci, Kakus). Jika hal ini terus menerus terjadi, tanpa pengelolaan air bersih yang dilakukan oleh pemerintah dengan tepat, otomatis tinggi muka air bawah permukaan laut akan turun dan masyarakat akan kekurangan air bersih.

Banyaknya sampah juga akan mempengaruhi kualitas air. Untuk mendapatkan air bersih sebagai sumber minum, Indonesia masih menggunakan botol minuman sebagai wadah menampung air bersih siap minum. Botol minuman tersebut hanya bisa digunakan dalam sekali. Selanjutnya dibuang. Sedangkan di Indonesia belum ada aturan tegas tentang pembuangan sampah. Masyarakat yang tak sadar lingkungan, membuang bekas botol-botol itu disembarang tempat. Coba kalau menggunakan Water from the tap, mungkin keadaan ini bisa ditekan.

Menjadikan teknologi pengelolaan air Water From The Tap memang tak segampang membalikkan tangan. Jika Sumber Daya Manusia (SDM)-nya tidak berkualitas, inovasi sederhana sekalipun mungkin takkan terealisasi. Indonesia memiliki SDM yang besar dan pemuda-pemudi Indonesia juga banyak yang hebat. Memiliki otak encer dan dari mereka juga banyak yang belajar di Belanda. Seharusnya, dengan kondisi seperti ini, inovasi tersebut dapat mudah dikembangkan.

Apalagi, dengan dua musim dapat secara mudah untuk Indonesia, dalam melakukan pengelolaan air ala Belanda ini. Misal, pada saat musim hujan, Indonesia dapat melakukan pengelolaan air. Kemudian disimpan dalam jangka waktu yang lama sampai musim kemarau tiba. Tentu kita tidak pernah mau bukan?, jika Indonesia, negara dengan air terbanyak, harus mengimpor ke negara tetanga seperti Malaysia dan Singapura.

Rasanya tak sabar menunggu, di negeriku ini ada Water From The Tap. Menikmati asinnya air laut yang menjadi tawar dan menikmati kemudahan dalam mendapatkan air bersih. Tinggal diputar kerannya, langsung minum.

Sumber : www.alpensteel.com, www.lampost.com

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *