Adventure menjadi kegiatan yang sangat mengasyikkan buat saya belakangan tahun ini. Dengan berpetualang bisa membuka perspektif baru saya dalam memandang dan menemukan makna hidup. Itu kenapa, kala jenuh saya akan memilih untuk melakukan perjalanan.

Sebulan lalu saya pernah memutuskan untuk pergi ke Lasem, sebuah kecamatan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Lasem akhir-akhir ini populer di kalangan para traveler dan pecinta budaya. Cerita mengenai Lasem mengusik saya untuk mengangkat ransel lagi, meskipun seorang diri.

Berbekal informasi yang saya dapatkan dari google, saya menuju Lasem menggunakan kereta menuju Semarang, dilanjutkan dengan bus tujuan Surabaya dari Terminal Terboyo. Hampir semua bus tujuan Surabaya dari terminal tersebut melewati Lasem. Saya naik bus ekonomi bertuliskan kaloka. Tarifnya murah, hanya Rp. 25.000, tapi tidak pakai AC. Menurut kondektur, kira-kira saya akan sampai pada pukul 12 siang. Berdasarkan cerita dari orang-orang, jarak tempuh Semarang ke Lasem memang 2 jam. Saat itu, bus berangkat pukul 9 pagi.

Di sepanjang perjalanan, saya melihat pemandangan alam Jawa yang memukau. Kanan-kiri jalan terhampar sawah, bukit, dan tambak ikan. Saya mesam-mesem, masih enggak percaya, kok bisa-bisanya saya pergi sejauh ini seorang diri. “Yeay, adventure lagi, Petualangan Yus, hahaha,” batin saya.

Kata Petualangan Yus ini terinspirasi dari film Petualangan Sherina. Film drama musikal anak yang diputar di bioskop pada tahun 2000. Saat itu saya masih SD Tapi baru nonton sewaktu SMP di rumah tetangga, yang kebetulan punya VCD film Petualangan Sherina. Saya tinggal di kampung, enggak ada bioskop. Tahu pertama kali tentang film ini di majalah bobo. Tapi ya cuma bisa ngiler.

Film Petualangan Sherina menceritakan seorang gadis cilik yang sangat aktif, cerdas, tidak takut pada apapun, dan suka berpetualang. Suatu hari Sherina harus pindah ke Bandung, karena ayahnya diterima bekerja oleh Pak Ardiwilaga, seorang pemilik perkebunan di Lembang. Di sekolah barunya, Sherina cepat sekali mendapat teman baru. Namun, ia juga menjadi sasaran kejahilan “bandit kelas” yaitu Sadam bersama dua temannya Dudung dan Icang. Sherina yang pemberani mengajak teman-temannya untuk melawan mereka.

Suatu hari sekolah diliburkan. Sherina diajak oleh ayahnya menginap di rumah Pak Ardiwilaga. Mengejutkan, ternyata Sadam adalah anak dari Pak Ardiwilaga. Kemudian Sadam menantang Sherina untuk pergi ke Laboratorium Boscha dengan berjalan kaki. Dan petualangan pun dimulai. Diiringi dengan lagu dan musik, Sherina dan Sadam berjalan melewati perkebunan yang hijau, danau, dan hutan yang cukup lebat.

Sayangnya, mereka harus menghadapi komplotan penculik bernama Kertajasa dan Natasha. Tujuan Kertajasa adalah menguasai perkebunan Pak Ardiwilaga untuk dijadikan proyek real-estat. Sadam dan Sherina pun terjebak dalam petualangan yang menguji kecerdikan, ketabahan, keberanian dan kemampuan untuk bekerja sama. Berkat kecerdikan Sherina, usaha penculikan itu gagal dan Sadam berhasil diselamatkan.

Bagi anak seumuran saya saat itu, film ini sangat menginspirasi. Saya bahkan membayangkan berpetualang ke Lembang seperti Sherina. Berjalan menyusuri perkebunan, menembus lebatnya hutan, dan melihat bintang di Laboratorium Boscha. Adventure kemudian menjadi impian saya sejak saat itu. Saya tak tahu bagaimana memulainya. Tapi selalu yakin bahwa impian bisa berpetualang di alam bebas bisa menjadi kenyataan suatu hari.

Ada yang bilang bahwa “Tuhan akan memeluk orang-orang yang memiliki mimpi.” Di tahun 2011 saya mendapatkan kesempatan untuk menjelajah Jawa Timur. Saya melihat jutaan bintang dari Gunung Bromo. Di tahun 2012, impian saya berpetualang ke alam bebas terwujud lagi. Dari mendaki Gunung Gede, Pangrango, Semeru, Rinjani, Kerinci dan gunung-gunung lainnya pernah saya lakukan.

Film memang memiliki potensi untuk menginspirasi dan mempengaruhi kehidupan seseorang. Petualangan Sherina berhasil mempengaruhi saya bertahun-tahun untuk melakukan petualangan. Nilai-nilai moral juga saya dapatkan dari film ini: keberanian, kejujuran, saling memaafkan, saling menyayangi sesama makhluk hidup, menyiapkan segala sesuatu sebelum bepergian, dan harus memiliki insting yang tajam. Semua itu bermanfaat bagi saya ketika menjalani hidup, khususnya berpetualang.

0 thoughts on “Akhir Kisahnya Jadi Awal Ceritaku”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *