Apakah kamu memiliki alergi terhadap sesuatu? Misalnya makanan atau debu? Kalau tidak apakah keluargamu ada yang menderita alergi? Jika iya, kamu perlu waspada. Menurut penelitian anak dengan alergi cenderung memiliki rangkaian penyakit alergi seiring bertambahnya usia. Bahkan bisa diturunkan ke generasi berikutnya.

“Begitu juga dengan anak yang dilahirkan dari keluarga yang memiliki riwayat alergi berpotensi besar mengalami alergi sebesar 40 – 60%. Tapi kalau kedua orang tua ini memiliki manifestasi sama, maka potensinya 60 – 80 % terjadi pada anaknya,” ungkap Prof. DR. Budi Setiabudiawan, dr., SpA(k), M.Kes, Konsultan Alergi dan Imunologi Anak pada Bicara Gizi Danone Indonesia dengan topik “Menekan Risiko Alergi si Kecil dengan Deteksi Alergi dan Asupan Nutrisi yang Tepat Sejak Dini”, Kamis, 25 Juni 2020.

WhatsApp Image 2020-06-25 at 17.23.42

Bicara Gizi tersebut dalam rangka menyambut Pekan Alergi Dunia (World Allergy Week) guna memperkuat edukasi mengenai pentingnya screening risiko alergi dan manajemen nutrisi alergi yang tepat untuk pencegahan alergi pada anak.

Alergi itu apa sih?

Alergi merupakan respon sistem imun yang tidak normal atau mengenali bahan yang sebenarnya tidak berbahaya bagi orang lain.

WhatsApp Image 2020-06-25 at 17.23.41

Faktor penyebab alergi ada banyak. Pertama, riwayat alergi pada keluarga. Anak dengan alergi cenderung memliki rangkaian penyakit alergi seiring bertambahnya usia. Bahkan bisa diturunkan ke generasi berikutnya. Risiko alergi berdasarkan turunan riwayat keluarga ini memiliki prevalensi yang berbeda-beda.

Jika kedua orang tua memiliki riwayat alergi, maka anak Anda memiliki potensi risiko mengalami alergi yang sama dengan presentasi 40 – 60 %. Tapi kalau kedua orang tua ini memiliki manifestasi sama, maka potensinya 60 – 80 % terjadi pada anaknya. Jika hanya salah satu orang tua saja yang memiliki alergi, maka presentasi kemungkinan anak mengalami alergi turun menjadi 20-40%. Selain itu, jika orangtua memiliki riwayat alergi akan sesuatu, si kecil juga memiliki kemungkinan 25-30 % mengembangkan alergi yang sama. Sedangkan, jika kedua orang tua tidak memiliki alergi sama sekali, maka risiko alergi pada anak hanya 5-15 %.

Kasus alergi yang penyebabnya adalah faktor keturunan dialami oleh Chacha Thaib, influencer media sosial yang memiliki anak dengan alergi. “Isu alergi merupakan hal yang harus menjadi perhatian, khususnya bagi orang tua yang memiliki risiko menurunkan kondisi alerginya pada anak. Saya mempunyai riwayat alergi susu sapi dan debu, sehingga menurun ke anak saya yang alerginya beragam, salah satunya alergi susu sapi,” ujarnya.

Kedua, kelahiran caesar. Persalinan caesar dapat meningkatkan risiko alergi pada anak. Pada saat lahir, bayi masih dalam fase belum begitu optimal dan stabil seperti orang dewasa. Bayi masih membutuhkan bakteri baik untuk metabolisme tubuh. Tapi kelahiran caesar menyebabkan penundaan perkembangan bakteri baik di dalam usus bayi. Sehingga, akan terjadi perubahan perkembangan sistem daya tahan tubuh anak dan imunitasnya jadi terganggu. Selain itu juga meningkatkan risiko penyakit alergi.

Ketiga, paparan asap rokok dan polusi udara. Sudah menjadi rahasia umum, jika paparan asap rokok dan polusi udara tidak baik bagi kesehatan manusia. Entah itu bagi orang dewasa, manula, remaja bahkan anak kecil. Dan asap rokok serta polusi udara bisa memicu timbulnya alergi. Sebab, asap rokok dan polusi udara bersifat karsinogen, kaya nikotin dan karbon monooksida.

Penyebab lainnya adalah kurangnya paparan sinar matahari, kolonisasi flora abnormal usus, pengenalan makanan pada secara dini sebelum usia 3-4 bulan, susu formula, diet rendah n-3 PUFA, antioksidan dan serat, pengenalan makanan padat yang tertunda, defisiensi vitamin D dan serangga. “Penyebab alergi terbesar di Indonesia adalah tungau,” kata Prof. Budi.

Dampak alergi apa sih?

Dalam dua dekade terakhir, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat adanya peningkatan angka kejadian alergi pada anak di Indonesia, bahkan alergi susu sapi pada dermatitis atopik ditemukan hingga 60%. Alergi yang terjadi pada awal kehidupan juga akan meningkatkan risiko manifestasi alergi lain di masa depan, atau dikenal dengan Allergic March.

Adanya disfungsi terhadap sistem kekebalan tubuh, baik itu dari faktor genetik maupun lingkungan, dapat menyebabkan reaksi alergi dan berbagai efek yang memiliki pengaruh negatif jangka panjang, tidak hanya bagi anak tapi juga bagi orang tua. Selain dampak kesehatan, anak dan orang tua juga dapat menderita dampak psikologis, serta konsekuensi sosial dan ekonomi bagi keluarganya.

WhatsApp Image 2020-06-25 at 17.23.40

Penelitian menyebutkan bahwa anak yang alergi dapat mengalami gangguan seperti gangguan daya ingat, kesulitan bicara, konsentrasi berkurang, hiperaktif dan lemas. Sedangkan bagi orang tua, munculnya gejala alergi pada anaknya dapat menimbulkan kecemasan berlebih atau lebih parahnya sampai perasaan depresi.

“Secara sosial, anak dan orang tua bisa merasa rendah diri dan menyerah. Jika hal ini terjadi, pencegahan terhadap risiko alergi pada anak dapat terhambat,” kata Putu Andani, M.Psi., Psikolog dari TigaGenerasi.

Untuk itu, orang tua harus menanamkan semangat positif dan optimis bahwa pencegahan alergi dapat dilakukan sejak dini. Jika reaksi alergi terjadi, sebaiknya orang tua jangan panik. Usahakan agar si kecil tetap tenang, jangan berasumsi tentang penyebab alergi si kecil, lakukan validasi langsung dengan ahlinya.

Chaca bahkan merasakan selain dampak kesehatan dan beban ekonomi yang besar, ia pun merasakan efek psikologis. Ia dan anaknya cenderung penakut dalam memilih makanan. Ia pun mengajak orang tua untuk lebih menyadari pentingnya pencegahan alergi sejak dini untuk menghindari dampak negatif di kemudian hari.

Lantas apa yang harus dilakukan?

Menurut Prof. Budi ada beberapa tindakan penanganan yang bisa dilakukan antara lain:

WhatsApp Image 2020-06-25 at 17.23.41 (1)

1. Deteksi dan Pencegahan Dini

Dengan mendeteksi dan mencegah sejak dini, dengan menelusuri riwayat alergi keluarga serta pemberian nutrisi yang tepat dapat mendukung sistem imun yang lebih baik.

Melihat dampak jangka panjang alergi yang harus dihadapi orang tua dan si Kecil, Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia berkomitmen untuk menawarkan inovasi terkait deteksi risiko alergi maupun manajemen nutrisi. Danone SN Indonesia menghadirkan Allergy Risk Screener by Nutriclub untuk mempermudah orang tua mengetahui besar risiko alergi anak berdasarkan riwayat alergi keluarga. “Kami juga menyediakan inovasi nutrisi dengan kandungan sinbotik yang sudah dipatenkan,” ujar Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia.

Screen Shot 2020-07-01 at 1.03.46 AM

Allergy Risk Screener by Nutriclub yang diluncurkan sejak Maret 2020 ini telah diakses sebanyak lebih dari 20.000 kali oleh orang tua di Indonesia. Tools digital ini dapat membantu orang tua maupun tenaga ahli dalam mendeteksi risiko alergi si Kecil hingga membantu pemberian edukasi mengenai pencegahan alergi sejak dini dan membantu mempersingkat waktu konsultasi. Allergy Risk Screener by Nutriclub dapat diakses pada: bit.ly/allergyriskscreener. 

2. Konsumsi Makanan Apa Saja

Selama kehamilan, Ibu tidak perlu melakukan pantangan terhadap makanan tertentu. Konsumsi makanan apa saja, asal itu baik bagi kesehatan tubuh dan janin. Makanlah dengan gizi seimbang. Perbanyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.

3. Asi Esklusif

ASI (Air Susu Ibu) dan nutrisi lengkap dan seimbang akan mendukung perkembangan system imun anak. Nutrisi kombinasi prebiotik dan probiotik (SINBIOTIK) merupakan salah satu nutrisi yang dapat mendukung sistem imun anak dalam menurunkan risiko alergi. Dalam kemampuannya menurunkan alergi, sinbiotik lebih efektif dibandingkan pemberian tunggal prebiotik atau probiotik. Efektivitas dari satu kombinasi sinbiotik tidak bisa diekstrapolasikan kepada kombinasi sinbiotik lainnya. Kombinasi Prebiotik seperti FOS GOS dan Probiotik seperti B.breve dengan komposisi seimbang telah teruji klinis bekerja secara sinergis mendorong keseimbangan kolonisasi Bifidobakterium sehingga mendukung sistem imun dalam menurunkan risiko alergi pada anak.

Dalam kemampuannya menurunkan alergi, sinbiotik lebih efektif dibandingkan pemberian tunggal prebiotik atau probiotik. Efektivitas dari satu kombinasi sinbiotik tidak bisa diekstrapolasikan kepada kombinasi sinbiotik lainnya. Kombinasi Prebiotik seperti FOS GOS dan Probiotik seperti B.breve dengan komposisi seimbang telah teruji klinis bekerja secara sinergis mendorong keseimbangan kolonisasi Bifidobakterium sehingga mendukung sistem imun dalam menurunkan risiko alergi si kecil.

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *