Banyak orang yang takut ketika berpergian sendirian. Ditempat asing dan bersama orang-orang yang tak pernah ditemui sebelumnya. Dan aku adalah bagian dari orang-orang itu. Awalnya takut. Khawatir terlalu berlebihan. Takut nanti begini, begitu. Tapi akhirnya aku sadar, rasa takut itu timbul dari pikiran kita sendiri. Ketika dijalani ternyata baik-baik saja. Kekhawatiran yang sebelumnya tertanam dalam pikiran seketika musnah.

Hujan gerimis malam itu tak menyurutkan para pendaki untuk melanjutkan perjalanannya. Mereka rela hujan-hujanan membawa tas ransel besar. Lalu menunggu bus-bus yang akan mengantarkan mereka ke tujuannya di Kampung Rambutan. Ini pertama kalinya aku kesini dan aku terbuai dibuatnya.
Pendaki-pendaki itu datang bergerombolan, ada juga yang sendiri. Mereka tampak gagah, tangguh, dan gigih. Rasa takut tak terlihat di wajah mereka meski cuaca tak bersahabat. Mereka justru tampak riang menyapa kami yang tak mengenal mereka sebelumnya.
Pukul 12 malam, akhirnya bus jurusan Jakarta-Cibodas datang. Kondektur menyapa kami dan tergesa-gesa menggiring kami untuk segera masuk. Ase, ketua tim pendakian, meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja, meskipun aku adalah satu-satunya Srikandi diantara tujuh Arjuna. Bahkan aku tak pernah mengenal mereka sebelumnya.

Pukul 3 pagi, bus tiba di Istana Cibodas. Perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum membawa kami ke pos pendakian Gunung Putri. Cibodas malam itu tampak indah dengan langit berhias bintang, bulan sabit dan awan putih yang terlihat mengepul dikegelapan. Keindahan itu seketika sirna takkala dingin menusuk tulang kami.
Dingin membuat kami terdiam. Kami tak mengenal satu sama lain. Hanya Ase yang kutahu. Aku duduk di pojokkan memangku ransel yang menggelembung karena telah diisi oleh sleeping bag. Menurut Ase peserta lain telah menunggu kami di pos. Mereka adalah Mb Hamidah dan Abang Herri.
Pos pendakian rupanya sangat ramai malam ini. Beginilah yang terjadi setiap akhir pekan. Pendaki membaur menjadi satu dan berasal dari tempat yang berbeda. Wajah-wajah asing kembali ku temui disini. Kagumku membuatku melamun, sampai akhirnya aku disadarkan oleh Mb Hamidah. Rupanya Mb Hamidah adalah pendaki senior dari Bogor. Itu kenapa Ia sudah tiba di pos lebih dulu sebelum kami.

Pukul 4 pagi Ase mengajak kami berdiskusi hendak jam berapa kami melakukan pendakian. Sebelumnya kami memperkenalkan diri terlebih dahulu. Akhirnya selain Ase, Mb Hamidah, Abang Herri, ada nama yang ku kenal lagi. Mereka adalah Idham, Yogi, Kautsar, Caesar, Awal, dan Abang Rudi. Semua setuju pendakian dilakukan segera karena mempertimbangkan waktu dan jarak tempuh. Maka, sekitar pukul 4.15 kami pun melakukan pendakian. Kami berjalan beriringan, Mb Hamidah di depanku sedangkan Ase berjalan tepat di belakangku. Jalanan yang menanjak membuatku terengah-engah, padahal perjalanan masih sangat panjang. Ase dengan sabar menungguku.

Jalur Gunung Putri rupanya sangat curam, tak seperti yang dibayanganku sebelumnya. Hutan yang rapat, pohon besar dan akar meranggas menyulitkan langkah kami. Kami terpisah menjadi tiga kelompok. Mb Hamidah, Yogi, Abang Rudi, dan Caesar berada di paling depan. Jalan mereka sungguh cepat bahkan kami tak menemui mereka lagi di perjalanan dan disetiap pos yang kami lewati. Lalu aku, Kautsar, Awal, dan Abang Herri menjadi kelompok dua. Sedangkan Idham dan Ase menjadi yang paling belakang.
Pukul 1 siang, hutan tak lagi rapat. Akar-akar yang meranggas dan pohon-pohon besar tak lagi kita temui. Berganti tanaman edelweis dan pohon cantingi cantik dengan pucuk-pucuk daunnya yang berwarna kemerahan. Jalanan landai kini. Cahaya terang mendekati kami dan lapangan luas dipenuhi edelweis menyambut kami. Lelah berganti bahagia. Lapangan itu adalah surya kencana, yang konon menjadi tempat tinggal Prabu Siliwingi. Disinilah kami mendirikan tenda untuk bermalam, sebelum keesokan paginya melakukan pendakian menuju puncak.
Tak lama dari itu, Idham dan Ase pun tiba di Surya Kencana. Kita tak menyiakan momen ini untuk berfoto bersama. Sayangnya, keempat teman kami yang kemungkinan lebih dulu sampai di Surya Kencana tak kami temui. Di Surya Kencana itu lagi-lagi aku menjadi Srikandi diantara para Arjuna. Ini berlanjut sampai kami tiba di puncak Gunung Gede.
Alhamdulillah, pukul 7 pagi aku berdiri di puncak Gede, di ketinggian 2.958 MDPL itu aku berdiri bersama mereka yang tak ku kenal sebelumnya bahkan tak pernah terpikir olehku akan bertemu. Kenangan bersama mereka takkan pernah ku lupa.

Kami tak juga menemui Mb Hamidah, Yogi, Abang Rudi dan Caesar di puncak. Ase berinisiatif mencari mereka ketika kami sudah turun. Rencananya kami turun, sarapan, berkemas lalu pulang. Paling lambat pukul 10 kami harus sudah turun ke kaki Gunung Putri.
Pukul 8 pagi, Ase berhasil menemukan mereka. Mereka ternyata mendirikan tenda di sebelah timur. Wajar kalau kami tak bertemu karena kami berada di sebelah barat. Kami sangat bersyukur keadaan mereka baik-baik saja.

Pukul 10 pagi kami turun. Sempat sebelumnya kami berfoto bersama. Di perjalanan kami bertemu dengan rombongan frita dan kawan-kawan. Mereka seharusnya berangkat bersama kami, tapi kemudian memutuskan untuk pergi sabtu pagi karena salah satu diantara mereka ada yang lembur kerja. Lengkap sudah tim kami. Kami tak henti mengucap syukur bisa bertemu kembali dalam keadaan sehat.
Pendakian ini tentunya menghempaskan pikiran-pikiran burukku selama ini. Tentang pendaki yang identik dengan kumal, kehidupan bebas dan liar. Lalu tentang ketakutan akan banyak hal yang akan kutemui ketika melakukan perjalanan di tempat asing bersama orang asing. Nyatanya, semuanya baik-baik saja. Justru aku mendapatkan keluarga baru.
Note:
1. Terminal Kampung Rambutan menjadi meeting point bagi para pendaki gunung yang hendak ke Gunung Gede atau gunung lain yang tak jauh dari Jakarta.
2. Pendakian Gunung Gede-Pangrango bisa ditempuh melalui tiga pintu masuk yakni Gunung Putri, Cibodas dan Salabintana.
3. Jalur Gunung Putri terkenal mempunyai medan yang berat karena menanjak terus. Melalui jalur ini pertama-tama kita akan melewati kebun sayur milik rakyat hingga akhirnya masuk kedalam hutan.
4. Dari pos pemeriksaan hingga Alun-alun Surya Kencana memakan waktu sekitar 5-8 jam (tergantung kecepatan berjalan dan barang yang dibawa).
5. Alun-alun Surya Kencana menjadi tempat untuk mendirikan tenda bagi para pendaki. Di tempat ini juga terdapat mata air dan bunga-bunga edelweis.
6. Dari Alun-alun Surya Kencana ke puncak Gunung Gede bisa ditempuh selama 1 jam bahkan 45 menit.