Beberapa hari ini kota Bandarlampung di gempur oleh pasukkan satpol PP. Ruko-ruko di sepanjang jalan ikan bawal dan rimba dihancurkan. Warga menangis. Janji-janji manis yang pernah dikampanyekan oleh pejabat itu hanyalah bualan. Kini puluhan warga di daerah itu dibuang demi kepentingan segelintir pengusaha-pengusaha yang hanya ingin meraup keuntungan di atas penderitaan rakyat.

Warga mengungsi di tempat saudara dan kerabat terdekatnya. Tapi ini sampai kapan? Di sana ada seorang janda tua berumur 66 tahun menyisakan hidupnya bersama seorang anaknya di ruko itu. Diketahui sang janda sudah menepati ruko selama 36 tahun lamanya. Bersama anaknya dia mengais rejeki di tempat itu. Dirinya juga berlindung dari panas dan hujan dari tempat itu.

Di sana juga ada perempuan muda yang ditinggal oleh suaminya bekerja menjadi TKI di Malaysia. Dengan dua orang anaknya kini diapun mengungsi di tempat kerabatnya. Lagi-lagi ini sampai kapan? Lalu tiga gadis yatim dengan seorang ibunya, kebingungan tinggal dimana. DIa tak punya sanak saudara, kerabat pun jauh. Sang anak takut tidur dijalan, taku diperkosa orang katanya.

Masih puluhan warga yang menderita karena penggusran paksa ini dan saya menyaksikan sendiri. Mereka menangis. Berkali-kali saya dengar, “Saya menyesal memilih dia, saya sangat menyesal, kini kami dibuang. Hanya mau buat perut pengusaha kenyang kita dikorbankan. Mana janji-janji manismu dulu pak. Mana juga pemukiman yang kau janjikan ketika akan menggusur kami, kisah kami kini seperti sebuah pepatah: habis manis sepah dibuang, sudah terpilih kini kita dibuang, dan kau biarkan kami kedinginan di jalan”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *